BOGOR (Panjimas.com) – Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, telah mengusulkan KH Sholeh Iskandar, seorang ulama-pejuang asal Bogor untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Jasanya melawan penjajah dinilai menjadi bukti jika gelar pahlawan layak disematkan ke kiai yang juga tentara itu.
“Kami akan mendorong dan mengawal (Alm) Mayor TNI-AD KH Sholeh Iskandar untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional dari Kabupaten Bogor,” kata Bupati Bogor Nurhayanti, dalam sambutannya, pada Milad 25 tahun BPR Syariah Amanah Ummah, Senin (78) di Gedung Pusat BPR Syariah di Lewiliang, Bogor, Jawa Barat.
Menurut Bupati, jasa-jasa almarhum, baik saat pertempuran melawan penjajah maupun memelopori berbagai pembangunan di Kabupaten Bogor menjadi bukti reputasi kiai tersebut di mata masyarakat. Nurhayati berjanji akan meneruskan perjuangan almarhum di Kabupaten Bogor dengan terus meningkatkan sektor pendidikan, kesehatan, dan ekonomi.
“KH Sholeh Iskandar adalah seorang pejuang serta ulama yang semasa hidupnya terus memikirkan pembangunan di bidang kesehatan, pendidikan, dan ekonomi untuk kepentingan masyarakat,” katanya.
Untuk meneruskan perjuangan KH Sholeh Iskandar, Pemkab Bogor, akan selalu meningkatkan akses penyelenggaran kesehatan, pendidikan pada sarana dan prasarana untuk di bidang ekonomi, yakni bagaimana indeks jual beli masayarakat terus meningkat.
Perlu diketahui, Mayor TNI AD KH Sholeh Iskandar sangat menentang kolonialisme Belanda di medan perang. Beliau lahir di Desa Pasarean, Kecamatan Cibungbulang, pada 22 juni 1922. Di masa penjajahan, Sholeh muda angkat senjata melawan penjajah Belanda. Dia menjadi komandan Batalion O yang terkenal dan ditakuti Belanda. Para komandan perang Belanda pun mengakui bahwa Sholeh Iskandar adalah salah satu ahli strategi perang gerilya yang dimiliki Indonesia.
Sosok Ulama Kharismatis
Sebagai sosok ulama kharismatis di wilayah Bogor atau Jawa Barat, KH (Alm) Sholeh Iskandar dikenal sebagai seorang ulama pejuang yang gigih menentang kolonialisme Belanda di Indonesia yang telah mencengkram Indonesia selama 3,5 abad. Masa mudanya dihabiskan di medan perang, yakni sebagai Komandan Hizbullah di wilayah Bogor Barat meliputi Leuwiliang dan Jasinga.
Kemampuan dan kehandalannya mengorganisir pertahanan bersama pasukannya untuk mempertahankan setiap jengkal tanah Bogor dari invasi Belanda dan pasukan sekutu diakui sendiri oleh pemerintah Belanda. Para komandan perang Belanda mengakui bahwa Sholeh Iskandar adalah salah satu ahli strategi perang gerilya yang dimiliki Indonesia di masa perang merebut dan mempertahankan kemerdekaan.
Selepas Indonesia merdeka, Sholeh Iskandar aktif dalam kegiatan politik dan menjadi salah satu pengurus partai Masyumi bersama KH Muhammad Natsir, KH Nur Alie (Bekasi) dan lainnya. Namun dalam perjalanan selanjutnya, garis politik Masyumi berseberangan dengan gagasan Nasakomnya Soekarno (Presiden pertama RI).
Perbedaan faham dan politik dengan Soekarno itulah pada akhirnya pentolan Masyumi seperti M, Natsir dan KH Sholeh Iskandar harus meringkuk dalam penjara selama beberapa tahun di Jakarta.Selepas dari penjara, KH Sholeh Iskandar akhirnya lebih banyak bergerak di bidang sosial dan pendidikan.
Gagasannya sangat maju dan visioner melebihi zamannya. Betapa tidak, lelaki kelahiran Kampung Pasarean, Kecamatan Pamijahan ini merubah tempat kelahirannya menjadi sebuah perkampungan yang modern dengan tata ruang yang sangat memenuhi syarat kesehatan dan lingkungan yang tertata dengan baik.
Penataan yang demikian inovatif ini menjadikan Kampung Pasarean tercatat sebagai Kampung pertama di dunia ketiga yang memiliki penataan yang rapi.Tidak hanya itu, sentuhan emas KH Sholeh Iskandar bisa dilihat sampai sekarang yakni keberadaan Pesantren Pertanian Darul Fallah di kawasan Cinangneng Ciampea Bogor.
Selepas dari penjara, KH Sholeh Iskandar lebih banyak berdakwah di bidang sosial dan pendidikan. Ia pun ‘naik gunung’ ke Darul Fallah dan membangun kembali pesantren tersebut. Kiprahnya di masyarakat meninggalkan banyak bukti. Selain membangun pesantren berbasis pertanian itu, KH Sholeh Iskandar membangun Rumah Sakit Islam, Universitas Ibn Khaldun Bogor, dan Masjid Raya Bogor.
Kiprah sosial KH. Sholeh Iskandar tidak berhenti sampai disitu, diusianya yang mulai menua, Sholeh Iskandar masih memikirkan tingkat kemakmuran dan perekonomian wilayah Leuwiliang dan sekitarnya yang masih terbelakang.
Atas inisiatif dan gagasannya pula, KH Sholeh Iskandar mendirikan Bank Perkreditan Rakya (BPR) Amanah Ummah, untuk mempercepat dan mempermudah akses ekonomi dan permodalan bagi kelompok usaha kecil dan menengah (UKM). Sampai sekarang kinerja BPR Amanah Ummah sangat menggembirakan dengan aset mencapai puluhan miliar rupiah. (desastian)