DAMASKUS, (Panjimas.com) – Sedikitnya dua warga sipil termasuk seorang anak terbunuh akibat serangan rezim Bashar al-Assad di daerah Ghouta Timur di ibukota Damaskus, kata seorang pejabat White Helmets, Sabtu (05/08).
Mahmoud Atham, seorang pejabat kelompok relawan penyelamatan “White Helmets”, mengatakan pasukan Assad menargetkan daerah pinggiran Ein Tarma Ghouta Timur dengan 16 serangan udara dan 70 tembakan rudal, mengutip laporan Anadolu.
Atham mengatakan 20 lainnya – termasuk 5 wanita dan 8 anak – terluka dalam serangan rezim Assad tersebut.
Pekan lalu, dua orang dilaporkan tewas dalam serangan serupa ulah pasukan rezim Assad.
Pada pertemuan keempat di ibukota Kazakhstan pada tanggal 4 Mei, tiga negara penjamin – Rusia, Turki dan Iran – menandatangani kesepakatan untuk membangun zona de-eskalasi tersebut di Suriah.
Ghouta Timur adalah salah satu zona de-eskalasi yang diumumkan oleh Turki, Rusia dan Iran di ibukota Kazakhstan Astana pada bulan Mei lalu.
Pada tanggal 7 Juli, Lavrov mengumumkan Rusia, A.S dan Yordania telah menyetujui sebuah gencatan senjata di Suriah bagian barat daya – di Daraa, Quneitra dan Souweida. Ini mulai berlaku pada tanggal 9 Juli.
Menurut sebuah laporan baru yang dikeluarkan oleh Jaringan Hak Asasi Manusia Suriah (SNHR) awal Juli lalu Sabtu (01/06), setidaknya 5.381 warga sipil, termasuk 1.059 anak dan 742 perempuan, telah terbunuh dalam serangan oleh pasukan rezim Assad, kelompok sekutu milisi Syiah, dan Rusia . pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat, Islamic State (IS), dan teroris komunis PKK/PYD sejak awal tahun ini, dikutip dari Anadolu.
Laporan tersebut menyatakan bahwa rezim Assad dan para pendukungnya bertanggung jawab atas kematian 2.072 warga sipil, termasuk 318 anak dan 245 perempuan.
Syrian Network for Human Rights (SNHR) menambahkan bahwa sekitar 857 warga sipil tewas dalam serangan yang dilakukan oleh kelompok Islamic State (IS), sementara 1.008 lainnya kehilangan nyawa mereka dalam serangan oleh pasukan koalisi internasional yang dipimpin AS.
Laporan tersebut juga mengatakan bahwa 641 warga sipil terbunuh dalam serangan oleh pasukan Rusia.
Menurut LSM tersebut, 522 warga sipil juga dibunuh oleh pihak-pihak yang tidak dikenal.
SNHR juga mencatat bahwa setidaknya 5 warga sipil disiksa hingga meninggal dunia dan 153 lainnya, termasuk 31 anak dan 25 perempuan, dibunuh oleh kelompok teroris komunis PKK / PYD.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]