SUKOHARJO (Panjimas.com) – Karyawan Rumah Sakit Islam Surakarta (RSIS), Kartosuro, Sukoharjo, mengeluhkan kondisi lingkungan pekerjaannya yang mulai sepi, sebab ijin operasional RSIS Kelas B belum terbit.
Wawan Setyabudi, salah satu karyawan RSIS berharap ijin tersebut segera terbit. Dia mengaku menanggung beban berat ekonomi keluarga, sebab hanya masuk 15 hari kerja.
“Saat ini kita mengenai gaji hanya untuk masuk 15 hari kerja. Semua karyawan berharap agar ijin RSIS segera diterbitkan, semoga bapak Gubernur sadar ada rakyat disini membutuhkan. Disinilah tempat kami mengais rezeki, kita memang baru kelaparan, sebab ijin belum turun otomatis pendapatan menurun drastis,” ujar Wawan, Kamis (3/8/2017).
Lebih lanjut, Dr. Arif Ibrahim yang mewakili dokter di RSIS tidak bisa berbuat banyak ketika harus menangani pasien, sebab ijin praktek pun terganjal. Hal ini berdampak sepinya pasien yang ingin berobat ke RSIS.
“Kami pun sebagai dokter, karena ijin operasional Rumah Sakit belum turun maka ijin praktek pun terhambat. Ini menjadi problem dalam penanganan pasien,” ungkapnya.
Sementara itu, Direktur RSIS, H. Muhammad Djufrie, As, SKM, saat jumpa pers mengaku sedih dengan kondisi RSIS yang semakin buruk. Beberapa kali dia menusap mata dan dengan suara terisak menceritakan nasib karyawannya.
“Kalau ini tidak segera diterbitkan ijinnya, kita khawatir timbul kondisi yang buruk lagi,” ucap Djufrie.
Pasca polemik antara Yayasan Rumah Sakit Islam Surakarta (Yarsis) dengan Yayasan Wakaf RSIS beberapa waktu lalu, kondisi Rumah sakit tersebut semakin sepi pasien. 900 an karyawan yang menggantungkan rezekinya terancam kehilangan pekerjaan.
Meski dalam persidangan RSIS berhasil memenangkan putusan sidang. Namun ijin operasional yang sudah memiliki kekuatan hukum, masih belum dikeluarkan pihak BPMD (Badan Penanaman Modal Daerah) dan Gubernur belum mengeluarkan ijin tersebut. [SY]