DAMASKUS, (Panjimas.com) – Sedikitnya empat warga sipil terbunuh dan enam lainnya luka-luka pada hari Selasa (01/08) saat pasukan rezim Assad menyerang sebuah kota di Suriah yang termasuk dalam jaringan “zona de-eskalasi”, demikian menurut seorang pejabat pertahanan sipil pro-oposisi Suriah.
Pasukan Rezim Assad menembakkan 12 “Rudal Gajah” (“Elephant missiles”)di Distrik Ain Tarma yang dikuasai oposisi di Ghouta Timur, padahal wilayah ini termasuk di dalam zona de-eskalasi, terang Mahmoud Ethem, anggota pasukan pertahanan sipil “WhiteHelmet” Suriah, kepada Anadolu Ajensi.
“Sedikitnya empat warga sipil terbunuh dan enam lainnya luka-luka, sementara beberapa rumah rusak dalam serangan di bagian pemukiman kota,” kata Ethem.
Selama lima tahun terakhir, Ghouta Timur tetap dikepung oleh rezim Assad.
During peace talks held in Astana in early May, Eastern Ghouta was designated as part of a network of de-escalation zones in which acts of aggression would be expressly forbidden.
Selama perundingan damai yang diadakan di Astana pada awal Mei, Ghouta Timur ditunjuk sebagai bagian dari wilayah yang termasuk dalam jaringan zona de-eskalasi dimana tindakan agresi militer dilarang secara eksplisit.
Perundingan Astana
Ibu kota Kazakhstan, Astana akan menjadi tuan rumah putaran kelima perundingan untuk menyelesaikan situasi konflik di Suriah dengan partisipasi rezim Assad dan pasukan oposisi bersenjata pada 4-5 Juli.
Selama pertemuan sebelumnya di Astana pada tanggal 4 Mei, negara penjamin – Rusia, Turki, dan Iran – menandatangani kesepakatan untuk menetapkan zona de-eskalasi di Suriah.
Pada hari Selasa (04/07), putaran kelima perundingan perdamaian dimulai di ibu kota Kazakhstan, Astana.
Pada tanggal 7 Juli, Lavrov mengumumkan Rusia, A.S dan Yordania telah menyetujui sebuah gencatan senjata di Suriah bagian barat daya – di Daraa, Quneitra dan Souweida. Ini mulai berlaku pada tanggal 9 Juli.
Putaran pertama perundingan damai diadakan di Astana pada 23 dan 24 Januari lalu, setelah gencatan senjata dicapai pada 30 Desember.
Perundingan Astana ini sedang diperantarai oleh Turki, yang mendukung oposisi Suriah, bersama dengan Rusia dan Iran, dimana keduanya mendukung rezim Assad.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]