YERUSALEM, (Panjimas.com) – Lebih dari 1.000 aktivis radikal Israel, dengan dijaga pasukan polisi bersenjata lengkap, secara kontroversial menyerbu tempat suci kaum muslimin di Al-Quds Yerusalem, Selasa (01/08), insiden penyerbuan ribuan ektrimis Yahudi ini merupakan titik akhir ketegangan baru-baru ini di kota tersebut.
Secara keseluruhan 1.089 “ekstremis Yahudi menyerbu” situs suci tersebut, menurut Firas Dibs, juru bicara Islamic Waqf, otoritas keagamaan yang bertanggung jawab atas pengeloalaan Masjid Al-Aqsa, dikutip dari Anadolu.
Peningkatan jumlah secara signifikan aktivis garis keras Israel yang menyerbu pada hari Selasa karena orang-orang Yahudi memperingati penghancuran historis dari kuil tersuci mereka, yang mereka klaim terletak di bawah Al Haram As Sharif, Masjidil Aqsa.
Sementara serbuan ribuan ektrimis ke situs suci tersebut dilarang dalam ajaran Yudaisme arus utama (mayoritas), gerakan Temple Mount yang berkembang mendukung keberadaan dan eksistensi simbol Yahudi yang lebih besar.
Menurut The Jerusalem Post mengutip angka yang dirilis Senin (31/07), telah terjadi peningkatan 15 persen jumlah pengunjung Yahudi ke situs tersebut dalam satu tahun terakhir.
Islamic Waqf sangat keberatan dengan semua kunjungan non-Muslim untuk tujuan keagamaan, terutama karena pemerintah Israel secara sepihak melanjutkan kunjungan, yang ditangguhkan selama Intifadah II, yang dipicu pada tahun 2000.
Selama hampir dua pekan, Muslim Palestina menolak masuk ke Masjid Al-Aqsa untuk memprotes tindakan keamanan dan pembatasan-pembatasan terhadap muslim yang diberlakukan di lokasi tersebut sebagai tanggapan atas serangan pada 14 Juli, yang menewaskan dua petugas polisi Israel dan tiga warga Palestina.
Selama periode tersebut, aktivis gerakan Temple Mount menuntut lebih banyak kunjungan tanpa penjagaan Islamic Waqf. Beberapa kelompok sayap kanan Israel juga mengeluhkan pemerintah yang mengabulkan tuntutan rakyat Palestina dengan menghapus tindakan keamanan tersebut.
Sejak Oktober 2015, lebih dari 300 warga Palestina terbunuh dalam kekerasan Israel-Palestina, menurut perhitungan resmi Palestina. Pihak berwenang Israel mengatakan setidaknya 55 orang Israel telah tewas dalam periode yang sama.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama Perang Timur Tengah tahun 1967. Israel kemudian mencaplok kota Yerusalem pada tahun 1980, mengklaim bahwa seluruh Yerusalem sebagai ibukota “abadi” negara Yahudi, namun langkah itu tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.[IZ]