ZAMBOANGA, (Panjimas.com) – Saat konflik di kota Marawi memasuki hari ke 67 hari Jumat lalu (28/07), zona pertempuran antara pasukan pemerintah dan kelompok Maute yang berafiliasi dengan Islamic State [IS] kini hanya mencakup dua desa, dan sekitar 60 milisi tetap bersembunyi di medan perang, menurut pernyataan Militer Filipina.
“Pasukan kami berada dalam keadaan moral yang sangat tinggi, semua condong ke depan untuk menyelesaikan operasi ini secepat mungkin,” tutur juru bicara Militer Filipina Brigadir. Jenderal Restituto Padilla dalam sebuah konferensi pers di kantor kepresidenan, Jumat (28/07), seperti dilansir Anadolu.
Brigjen. Padilla mengatakan bahwa zona pertempuran di Marawi dibatasi kurang dari satu kilometer persegi, dengan upaya terus menerus untuk membersihkan bangunan yang sebelumnya dikuasai oleh milisi Maute.
“Meskipun banyak jumlah korban dan luka-luka yang kami dapat dalam beberapa pekan terakhir, ini tidak menghalangi pasukan atau komandan lapangan kami untuk mengejar misi tersebut dan mencapai pembebasan Marawi yang sangat dibutuhkan itu,” tandas Brigjen. Padilla menambahkan.
Meskipun ada kemajuan pasukan, pemerintah belum memberi lampu hijau untuk mengembalikan lebih dari 400.000 penduduk yang mengungsi akibat pengepungan tersebut karena kehadiran sniper milisi IS dan jebakan-jebakan tersembunyi di daerah tersebut.
Setelah kehilangan beberapa tenggat waktu yang dicanangkan untuk merebut kembali kota sepenuhnya, Militer Filiina berhenti menetapkan tanggal target, dengan mengatakan keamanan sandera yang dimiliki oleh milisi IS – yang diperkirakan berjumlah 300 – merupakan prioritas utama mereka.
Dalam sebuah pernyataan baru-baru ini, Duterte menginstruksikan militer untuk menghindari lebih banyak korban sipil.
“Saya mengatakan kepada mereka, ‘Jangan menyerang.’ Yang penting adalah kita tidak ingin membunuh orang,” kata Duterte. “Jika kita harus menunggu di sana selama satu tahun, mari kita tunggu satu tahun.”
Seiring berlarutnya krisis di Marawi, yang kini memasuki bulan yang ketiga, jumlah korban jiwa terus meningkat.
Mengutip data yang dikirim oleh Kepala Urusan Publik Angkatan Bersenjata Filipina Kolonel Edgar Arevalo, GMA News melaporkan total 578 orang tewas dalam konflik tersebut.
Dari korban jiwa tersebut, pasukan pemerintah berjumlah 105 orang. Baru Jumat lalu, jumlah korban tewas di pihak pemerintah berada di posisi 99 jiwa, menurut data Angkatan Bersenjata Filipina.
Sampai dengan 21 Juli, total 428 anggota kelompok Maute terbunuh. Sebanyak 526 senjata api telah direbut kembali oleh militer.
Arevalo juga mengatakan bahwa jumlah korban tewas warga sipil bertahan di angka 45 jiwa, sementara jumlah warga sipil yang berhasil diselamatkan mencapai 1.723 penduduk.
Presiden Rodrigo Duterte mengumumkan kebijakan Daerah Operasi Militer [DOM] atas seluruh Pulau Mindanao setelah Milisi Maute dan Abu Sayyaf berafiliasi dengan Islamic State [IS] menguasai Marawi pada tanggal 23 Mei.
Sesi gabungan Kongres pada hari Sabtu (22/07) menyetujui perpanjangan status darurat militer di Mindanao sampai akhir tahun ini, 31 Desember 2017.[IZ]