KLATEN, (Panjimas.com) – Pimpinan pondok pesantren dan lembaga tahfizul quran se Jawa Tengah, Jawa Timur dan Yogyakarta yang tergabung dalam Rabithah Al Ma’ahid Al Quraniyyah kembali mengadakan pertemuan, Ahad (30/7).
Mutaqo Rabithah Al Ma’ahid Al Quraniyyah yang kelima ini ditujukan untuk menguatkan persaudaraan dan merapatkan barisan pondok pesantren dan lembaga tahfiz Al Quran. Tidak kurang utusan dari 50 pondok pesantren dan lembaga tahfidz ikut hadir dalam Multaqo yang dilaksanakan di Aula Pertemuan PPTQ Ibnu Abbas Klaten ini.
Pertemuan dibuka oleh tilawah Al Quran yang dibacakan oleh dua juara hafiz Indonesia, Ahmad dan Kamil. Keduanya adalah santri dari Pondok Pesantren De Muttaqin Yogjakarta.
Tampil sebagai pembicara pertama, Ust Ike Muttaqin, Pimpinan Pondok Pesantren De Muttaqin. Pada kesempatan ini menegaskan pentingnya kesungguhan, kesabaran, dan keteladanan guru dalam mendidik anak penghafal Al Quran.
“Pembentukan generasi hebat itu memang mulai dari guru guru yang harus bersungguh sungguh memberikan keteladanan. Akhlak guru yang buruk menjadi racun dalam pendidikan,” tegas Ust Ike.
Sementara Dr. Abdul Karim Miqdad selaku tamu kehormatan dari Darul Quran Palestina menegaskan bahwa penghafal Al Quran adalah pembela utama Masjid Al Aqsa.
“Siapakah yang melawan dan berhadapan langsung dengan tentara zionis itu? Mereka adalah penghafal al quran. Ketika zionis ingin menguasai, maka para pemuda penghafal Al quran ini yang bangkit melawan”.
Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi tentang peningkatan kualitas tahfiz dan akhlak pondok pesantren tahfizul quran. Sesi ini dipimpin oleh Dr. Muhammad Muinudinillah, MA, Direktur PPTQ Ibnu Abbas Klaten.
Banyak usulan yang masuk dan dirumuskan dalam rekomendasi multaqo, di akhir acara para peserta yang terdiri dari pimpinan pondok pesantren ini manyampaikan pernyataan sikap bersama, untuk bersepakat menggalang persatuan dan kesatuan di antara anggota Rabithah dan umat Islam, meningkatkan mutu pendidikan tahfiz, dan menolak segala bentuk diskriminasi, kriminalisasi, dan pidananisasi ulama dan organisasi-organisasi Islam.
Para pimpinan pondok pesantren ini juga bertekad berjuang bersama kaum muslimin yang tertindas di berbagai Negara wabilkhusus Palestina, Rohingya, Syria, dan Yaman dalam melawan kedzoliman. [RN]