ANKARA, (Panjimas.com) – Para Menteri Luar Negeri dari negara-negara Muslim akan bertemu di Ankara pada 1 Agustus mendatang untuk membahas situasi krisis di Masjid Al-Aqsa di Yerusalem, menurut Kementerian Luar Negeri Turki, Jumat (28/07), dikutip dari AA.
Anggota Organisasi Kerjasama Islam (OKI) akan mengadakan pertemuan luar biasa menyusul seruan Turki.
Dalam perkembangan situasi terbaru, berkat gelombang aksi protes puluhan ribu kaum muslimin, Israel akhirnya kini membuka seluruh gerbang Masjid Al-Aqsa, selain itu Israel juga telah mencabut kebijakan detektor logam namun tetap memasang begitu banyak kamera pengawas disana.
Kemarahan telah menyebar di Tepi Barat sejak 14 Juli ketika Israel memberlakukan pembatasan keamanan terhadap kaum muslimin di Al-Aqsa, sebuah situs yang sangat dihormati oleh umat Islam.
Sebelumnya, Palestinian Prisoners’ Society [PPS] mengatakan sebanyak 21 warga Palestina dari Yerusalem Timur telah dilarang memasuki kompleks Al Haram As Sharif tersebut selama 15 hari, sementara penahanan terhadap 5 warga Palestina lainnya telah diperpanjang.
Jumat pekan lalu (21/07), umat Islam menolak masuk ke Masjid dan menunaikan shalat di jalan-jalan di sekitar kompleks Al-Aqsa untuk memprotes pemasangan detektor logam dan larangan lainnya yang diberlakukan setelah dua petugas polisi Israel dan tiga warga Arab-Israel tewas.
Di bagian Selatan Tepi Barat, seorang pria Palestina ditembak mati pada hari Jumat setelah dituduh mencoba menusuk tentara Israel di Gush Etzion, kata militer Israe; dalam sebuah pernyataan.
Di seberang wilayah tersebut, puluhan warga Palestina menderita luka-luka akibat terlibat bentrokan dengan pasukan keamanan Israel.
Serangan gas air mata menyebabkan asfiksia temporer pada 23 pengunjuk rasa, menurut laporan Bulan Sabit Merah.
Sejak Oktober 2015, lebih dari 300 warga Palestina terbunuh dalam kekerasan Israel-Palestina, menurut perhitungan resmi Palestina. Pihak berwenang Israel mengatakan setidaknya 55 orang Israel telah tewas dalam periode yang sama.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama Perang Timur Tengah tahun 1967. Israel kemudian mencaplok kota Yerusalem pada tahun 1980, mengklaim bahwa seluruh Yerusalem sebagai ibukota “abadi” negara Yahudi, namun langkah itu tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.[IZ]