YERUSALEM, (Panjimas.com) – Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu berencana untuk menutup kantor berita Al-Jazeera di Yerusalem, Kamis (27/07).
“Saya telah menginstruksikan (penegak hukum) untuk menutup kantor Al-Jazeera Yerusalem karena mempromosikan kekerasan di atas Temple Mount,” tulis Netanyahu di halaman Facebook-nya.
“Jika itu tidak mungkin menurut undang-undang saat ini, saya akan bekerja untuk meneruskan Perundang-undangan yang diperlukan di Knesset untuk memberhentikan Al-Jazeera”, tandasnya, dikutip dari AA.
Kabinet Keamanan Israel memutuskan Senin malam (24/07) untuk melepas detektor logam tersebut. Sebuah pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan Kabinet tersebut mengatakan 100 juta syikal Israel akan dialokasikan untuk sistem pengawasan baru dengan menggunakan “pemeriksaan teknologi cerdas” (smart checks) berdasarkan teknologi paling mutakhir.
Sejak hari Ahad (16/07), Gelombang aksi Protes dimulai setelah pimpinan Masjid Al-Aqsa menyerukan umat Islam untuk memboikot kebijakan detektor logam baru yang dipasang di pintu masuk Masjid setelah baku tembak mematikan pekan lalu.
Aksi-aksi protes mulai bermunculan di sekeliling wilayah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem ketika kaum muslimin yang terus berdatangan kemudian berkumpul di luar kompleks “Al-Haram Al-Sharif” itu.
Tindakan keamanan baru ini telah menyebabkan gelombang kemarahan di kalangan warga Palestina, yang meminta segera dihapuskannya kebijakan detektor logam
Israel berdalih membela langkah kontroversial tersebut, mengklaim bahwa hal itu tidak berbeda dengan tindakan pengamanan di tempat-tempat suci lainnya di seluruh dunia. Masjid Al-Aqsa adalah situs paling suci ketiga bagi umat Islam setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi Madinah.
Israel menduduki Yerusalem Timur selama Perang Timur Tengah tahun 1967. Israel kemudian mencaplok kota Yerusalem pada tahun 1980, mengklaim bahwa seluruh Yerusalem sebagai ibukota “abadi” negara Yahudi, namun langkah itu tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.[IZ]