JAKARTA, (Panjimas.com) – Ketua Penyelenggara Liga Santri Nusantara (LSN) 2017 KH. Abdul Ghafar Rozin menjelaskan mengapa Liga Santri Nusantara kembali diadakan. Karena olahraga sepak bola merupakan olah raga yang paling digemari di pondok pesantren.
Pengasuh Pondok Pesantren Maslkahul Huda, Margoyoso, Pati, Jawa Tengah ini mengungkapkan, di pesantren, santri sudah terbiasa bermain sepak bola. Santri biasa memanfaatkan barang-barang di lingkungan pesantren untuk dijadikan pelengkap pertandingan.
“Di pesantren semua bisa dipakai menjadi bola. Mulai bola plastik, sandal temannya, kopiah temannya. Jika akhir tahun, durian pun bisa jadi bola. Sepak bola di pesantren bisa dilakukan dimana saja, di halaman masjid, kompleks pesantren, bahkan di dalam kamar,” ujarnya saat peluncuran Liga Santri Nusantara 2017 di Gedung PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Kamis (27/07).
Menurutnya, sepak bola terbukti mampu menjadi kegiatan yang dapat merangkul berbagai kalangan. Sepak bola mampu menembus batas-batas primordial seperti suku, agama, ras. “Sepak bola memiliki bahasa sendiri,” imbuhnya.
Kiai yang akrab disapa Gus Rozin ini berharap, pada penyelenggaraan liga santri yang telah masuk tahun ketiga ini dapat terlaksana dengan lancar.
“Pada penyelenggaraan ketiga ini kami menerapkan peraturan dan mekanisme pengawasan yang berlaku secara nasional dan internasional,” jelasnya.
Untuk menjaga profesionalitas pertandingan, LSN 2017 bekerjasama dengan Asosiasi Wasit Perangkat Pertandingan Profesional Indonesia (AWAPPI). [TM]