SOLO (Panjimas.com) – Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), menggelar diskusi kebangsaan, bersama Dr. Abdul Kharis Almasyhari, anggota Komisi I, DPR RI di Hotel Aston, Solo, Rabu (26/7/2017).
Abdul Kharis mengawali dengan penjelasan tantangan kebangsaan Indonesia dari internal. Dia mengungkapkan bahwa kekayaan, dan sumber alam Indonesia menjadi bidikan Negara maju.
“Freport yang ditambang sejak 1970 itu satu Gunung belum habis, padahal ada 17 Gunung di Papua. Ini menjadi daya tarik bagi Negara maju, kemudian uranium. Jika uranium diberdayakan sebagai pembangkit listrik, maka 100 kwintal saja, akan bisa menerangi pulau Jawa berbulan-bulan, kenapa ini ancaman? Karena setiap kali dibuat pembangkit listrik ributlah Indonesia,” katanya.
Lebih lanjut, Abdul Kharis membeberkan pentingnya empat pilar bangsa, yakni Pancasila, Undang-undang Dasar 45, Bhineka Tunggal Ika, NKRI harga mati. Hanya saja kuatnya intensitas intervensi Global dalam perumusan kebijakan Nasional membuat pemerintah tidka berdaya.
“Seluruh pesawat terbang yang melintasi Indonesia yang mengendalikan Singapura, karena Indonesia dianggap tidak bisa. Mantan pilot-pilot itu datang ke saya, sayangnya teriaknya sudah pensiun,” ujarnya.
Sementara itu, Mudrik Sangidoe, tokoh masyarakat Solo, mengaku tidak tertarik dengan sosialisasi empat pilar tersebut. Alasan dia, rasa keadilan yang dipertontonkan pemerintah tidak didapat masyarakat.
“Maaf saya mendengar sosialisasi empat pilar ini tapi saya tidak tertarik karena . Sebagai muslim saya tersinggung dengan munculnya Perppu ormas tapi saya tidak bisa berbuat apa-apa,” cetus Mudrik. [SY]