JAKARTA, (Panjimas.com) – Penutupan Masjid Al-Aqsa pada Jumat (14/07) dua pekan lalu, serta pelarangan kaum muslimin menunaikan sholat jumat pada (21/07), hingga pemasangan detektor logam Israel, benar-benar merampas hak kaum muslimin untuk beribadah di situs Al-Haram As Sharif -nya itu.
Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/07) menegaskan sikap pemerintah Indonesia terkait Masjid Al-Aqsa.
Menlu Retno mengatakan bahwa Palestina merupakan jantung politik luar negeri Indonesia sesuai dengan mandat konstitusi.
“Setiap napas politik luar negeri kita selalu ada Palestina. Untuk mengaddres itu, ini kita berada di garis terdepan membantu perjuangan Palestina,” pungkasnya.
Retno juga menekankan bahwa umat Islam di seluruh dunia menganggap Masjidil Aqsha adalah tempat suci. Karena itu, wajar terjadi aksi di berbagai negara berpenduduk Muslim yang mengecam penutupan Masjid Al-Aqsa.
“Ini adalah kiblat pertama umat Islam, karena itu sensitivitasnya sangat tinggi,” ungkap Retno saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat.
Kemudian, pemerintah Indonesia juga mengajak Negara-negara sahabat di Dewan Keamanan PBB untuk mengembalikan hak-hak umat Muslim tempat suci tersebut.
“Semua menyampaikan konsennya, ada kekhawatiran jika eskalasi tidak dapat diturunkan, maka dampaknya akan lebih banyak dan luas lagi,” ujarnya.
Pemerintah Indonesia, papar Retno, berupaya terus mendorong pemulihan hak beribadah kaum muslimin di Masjidil Aqsa.
“Hingga saat ini kita bergerak kepada hal teknis, terutama mengenai masalah pemuliham hak-hak beribadah karena itu menjadi konsen kita menyusul dibatasinya hak-hak beribadah umat Islam di Masjidil Aqsha,” tutur Retno di Kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (24/07), seperti dilansir Republika.
Retno mengatakan bahwa Ia telah berkomunikasi dengan Menlu Turki, Menlu AS, dan Sekjen OKI membahas masalah-masalah di Palestina. Terutama, perihal penutupan Masjid Al-Aqsa oleh Zionis Israel.
“Dengan Yordania saya merencanakan melakukan komunikasi kembali untuk menyampaikan apa yang sudah saya bahas dengan Menlu Turki, Menlu AS, dan Sekjen OKI,” terangnya.
Meski demikian, Menlu RI itu menyebutkan bahwa semua pihak yang dihubunginya berpendapat sama, yakni perlu penanganan masalah di Palestina.
“Bahkan, AS setuju perlunya status quo—tidak ada larangan bagi semua Muslim beribadah—di kompleks itu,” tutur Retno.
Dalam percakapan dengan Menlu Yordania, Ayman Safadi, pada Senin (24/07), Retno LP Marsudi menegaskan tiga hal yang terkait dengan sikap Indonesia.
Pertama, Indonesia mengecam pembatasan akses ibadah di al-Aqsha, karena beribadah dinilai sebagai hak yang harus dihormati.
Kedua, Indonesia khawatir situasi yang semakin memanas akan mengubah status quo al-Aqsa. Oleh karena itu, Indonesia menyerukan pentingnya mempertahankan status quo di wilayah tersebut.
“Ketiga, Indonesia mengharapkan agar kekerasan diakhiri, kita tidak ingin kekerasan berlanjut dan memakan korban. Kita melihat korban jatuh dan luka-luka, kita sangat tidak mau hal itu terjadi,” pungkas Retno.[IZ]