BONDOWOSO, (Panjimas.com) – Untuk merespon sekaligus menjawab dinamika kehidupan berbangsa maka Pondok Pesantren Moden Al Ishlah Bondowoso bersama Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) dan Gerakan Ummat Islam Bersatu Jawa Timur (GUIB Jatim) menggelar acara Halal bi Halal dan Silahturahim Nasional dengan tema : “Mempererat Ukhuwah, Merekatkan Bangsa, Menegakkan Kedaulatan Pancasila.” Ahad, (23/7/2017).
Kegiatan tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh Nasional seperti, K.H. Bachtiar Nasir, Let.Jend.(Purn) Prabowo Subianto, K.H. Muhammad Ma’shum, Prof. Amien Rais, Dr. (HC) Dzulkifli Hasan, dan para tokoh lainnya.
Melalui releasenya disebutkan bahwa, perjuangan ummat Islam di Indonesia yang cukup panjang dalam mencari keadilan dihadapan hukum terkait penistaan Al-Qur’an, telah mencapai tujuannya. Lebih dari itu, gerakan ummat Islam yang dibalut dengan tema Aksi Bela Islam tersebut telah menginspirasi tidak hanya ummat Islam di Indonesia sendiri namun juga ummat Islam di seluruh dunia. Maka tak salah jika kemudian dunia sedang membicarakan bahwa kebangkitan Islam akan dimulai dari Indonesia.
Aksi Bela Islam merupakan Aksi terbesar pasca kemerdekaan yang embrio pergerakannya melalui gerbong ideologi. Salah satu aksi terbesarnya adalah Aksi Bela Islam pada tanggal 2 Desember 2016 yang dikenal dengan Aksi 212. Melalui aksi tersebut muncul ledakan energi dan semangat yang luar biasa yang dikenal dengan semangat 212. Allah bangkitkan izzah, harga diri, kehormatan, kekuatan ummat Islam di Indonesia melalui persaudaraan Islam, Ukhuwah Islamiyyah. Ummat Islam menggeliat bangkit, percaya diri atas firman Allah, yakni “Kuntum ukhrijat linnas”.
Seandainya saja seluruh elemen Bangsa menatap peristiwa ini dalam perspektif positif dengan melihat ummat Islam sebagai aset Bangsa, maka bukan tidak mungkin Kedaulatan Indonesia akan bangkit. Jika ummat Islam telah bersatu, begitu mudahnya semangat ini untuk menghancurkan konglomerasi asing dan aseng yang mencengkram Indonesia baik secara ekonomi hingga politik.
Namun sayang, masih terdapat sekolompok masyarakat yang melihat gerakan ini sebagai gerakan radikalisme, anti Pancasila, dan intoleran. Begitu menyakitkannya predikat ini disematkan kepada ummat Islam. Padahal tegaknya leher Negara ini dihadapan para penjajah telah diakui sejarah, salah satunya karena upaya yang diperjuangkan oleh para ulama dan hingga saat ini masih konsisten dalam memperjuangkannya.
Maka telah jelas bahwa sesungguhnya kebangkitan ummat Islam semata-mata adalah untuk kebangkitan Kedaulatan Indonesia, kebersatuan Negara Kedaulatan Republik Indonesia, dan tegaknya Kedaulatan Pancasila. Tidak mungkin kiblat Bangsa yang berpedoman pada Pancasila sebagaimana cita-cita para pendiri Bangsa, akan bergeser melalui gerakan ummat Islam.
Tujuan dari kegiatan tersebut, pertama, mengajak kepada seluruh ummat Islam pada khususnya dan seluruh elemen Bangsa pada umumnya untuk menyegarkan kembali wacana pentingnya mempererat silahturahim dan tali persaudaraan dalam wujud Ishlah Nasional, baik antar ummat Islam sendiri maupun persaudaraan kebangsaan untuk menjawab berbagai persoalan Bangsa khususnya dalam hal menegakkan Kedaulatan Pancasila.
Kedua, menghimbau kepada pemerintah untuk memposisikan kembali ummat Islam, khususnya para ulama sebagai bagian dari elemen yang memperjuangkan Kedaulatan Indonesia dan tidak menciptakan wacana-wacana demarkasi antara Islam dan Pancasila.
Ketiga, mendorong pihak keamanan Negara khususnya Kepolisian Republik Indonesia untuk menegakkan hukum yang memenuhi asas-asas keadilan dan tidak terseret masuk dalam arus politik yang sedang bergejolak.
Keempat, menghimbau kepada seluruh pihak agar tidak memproduksi wacana-wacana provokatif yang dapat mengadu domba antar ummat Islam maupun membenturkan ummat Islam dengan ummat beragama lainnya.[RN]