RAMALLAH (Panjimas.com) — Tentara zionis Israel melukai sembilan warga Palestina dan menahan empat lainnya pada hari Rabu (19/07) dalam aksi demonstrasi menentang langkah-langkah keamanan baru Israel di Masjid Al-Aqsa yang membatasi warga Palestina untuk masuk.
Saksi mata mengatakan ratusan warga Palestina berpartisipasi untuk memprotes pembatasan di pos pemeriksaan Kalandia yang memisahkan Yerusalem dari Ramallah.
Tentara Israel menggunakan peluru konvensional, peluru plastik dan gas air mata untuk membubarkan para pengunjuk rasa yang menuntut dihapuskannya kebijakan detektor logam di salah satu tempat paling suci bagi umat Islam itu.
Dalam sebuah aksi demonstrasi terpisah lainnuya, Yayasan Wakaf Islam dan Urusan Al-Aqsa, yang dijalankan oleh pemerintah Yordania, memutuskan untuk menutup semua Masjid di Yerusalem Timur pada hari Jumat (21/07).
Keputusan itu dilakukan untuk meminta umat Islam menunaikan shalat Jumat di depan gerbang Masjid Al-Aqsa untuk menentang kebijakan detektor logam yang digunakan oleh Israel.
Saat dihubungi Anadolu Agency, Sheikh Ikrema Sabri berjanji untuk terus mendukung umat Islam serta memimpin mereka dalam demonstrasi menentang tindakan keamanan Israel baru di sekitar “Al-Haram Al-Sharif”.
“Detektor ini adalah serangan ke Masjid Al-Aqsa dan campur tangan dalam urusan Muslim,” kata Sheikh Sabri.
“Kami akan sholat di jalan-jalan di sekitar Masjid Al-Aqsa sampai detektor logam Israel dilepas,” tegas Sheikh Ikrema Sabri.
“Pahala untuk siapa saja yang sholat di pos pemeriksaan, akan seperti pahala untuk sholat di dalam Al-Aqsa,” pungkasnya.
“Dengan menolak masuk melalui detektor logam kami akan menunjukkan bahwa kami menolak tindakan apa pun oleh otoritas pendudukan [Israel], yang tidak memiliki hak untuk mengubah status quo”, dikutip dari Anadolu Ajensi.
Sheikh Ikrema Sabri mengklaim detektor logam tersebut merupakan usaha terbaru oleh Israel untuk mengubah keseimbangan kesempatan sholat dan hak kunjungan ke Masjid, yang dikenal sebagai status quo.
Pengaturan berpuluh-puluh tahun hanya memungkinkan umat Islam untuk sholat di lokasi, yang dikelola oleh sebuah Yayasan Islam yang diawasi oleh Yordania.
Imam Masjid Al-Aqsa tersebut berada di antara puluhan warga Palestina yang terluka dalam bentrokan dengan pasukan Israel di Yerusalem Timur, Selasa malam (18/07).
Sheikh Ikrema Sabri mengatakan tentara Israel menembakkan granat setrum ke para jamaah muslim setelah sholat Isya berjamaah.”Kami adalah sasaran peluru karet, hingga menyebabkan luka-luka dan banyak korban yang terinjak-injak massa,” kenangnya.
“Saya adalah salah satu korban yang terkena peluru karet dan dibawa ke rumah sakit,” ujarnya. “Saya sehat sekarang.”
Gelombang aksi Protes dimulai pada hari Ahad (16/07) setelah pimpinan Masjid Al-Aqsa menyerukan umat Islam untuk memboikot kebijakan detektor logam baru yang dipasang di pintu masuk Masjid setelah baku tembak mematikan pekan lalu.
Antara suara-suara dzikir, lantunan ayat suci Al-Quran, gema takbir, sekaligus nyanyian protes dan suara letupan granat asap, menjadi latar suara gerakan aksi protes warga Palestina yang terorganisir.
Aksi-aksi protes mulai bermunculan di sekeliling wilayah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem ketika orang-orang yang terus berdatangan kemudian berkumpul di luar kompleks “Al-Haram Al-Sharif” itu.
Tindakan keamanan baru ini telah menyebabkan gelombang kemarahan di kalangan warga Palestina, yang meminta segera dihapuskannya kebijakan detektor logam
Israel berdalih membela langkah kontroversial tersebut, mengklaim bahwa hal itu tidak berbeda dengan tindakan pengamanan di tempat-tempat suci lainnya di seluruh dunia. Masjid Al-Aqsa adalah situs paling suci ketiga bagi umat Islam setelah Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi Madinah.[IZ]