YERUSALEM (Panjimas.com) — Grand Mufti Yerusalem Syaikh Muhammad Hussein baru-baru ini menyerukan semua Masjid di kota Yerusalem ditutup pada hari Jumat (21/07) untuk menggabungkan kekuatan kaum muslimin dalam rangka memprotes tindakan keamanan Israel di Masjid Al-Aqsa,seperti dilansir AA.
Mufti Syaikh Muhammad Hussein mengatakan kepada para wartawan, hari Rabu (19/07) bahwa Umat Islam Palestina harus berkumpul di luar gerbang Masjid Al-Aqsa untuk menunaikan Shalat Jum’at berjama’ah besar-besaran.
Aksi protes semakin meluas dan mobilisasi penduduk Yerusalem semakin besar sejak hari Ahad (16/07) setelah pimpinan Masjid Al-Aqsa dan para Ulama meminta kaum muslimin untuk memboikot kebijakan detektor logam baru yang terpasang di pintu masuk kompleks Al-Aqsa setelah baku tembak mematikan pekan lalu.
Ribuan warga berduyun-duyun terlibat aktif dalam aksi protes di jalan-jalan di luar kompleks Masjid Al-Aqsa pada Selasa malam (18/07) sampai mereka dibubarkan oleh Angkatan Bersenjata Israel.
Antara suara-suara dzikir, lantunan ayat suci Al-Quran, gema takbir, sekaligus nyanyian protes dan suara letupan granat asap, menjadi latar suara gerakan aksi protes warga Palestina yang terorganisir.
Aksi-aksi protes mulai bermunculan di sekeliling wilayah Masjid Al-Aqsa di Yerusalem ketika orang-orang yang terus berdatangan kemudian berkumpul di luar kompleks “Al-Haram Al-Sharif” itu.
“Wakaf Islam”, yayasan yang bertanggung jawab untuk menjalankan situs Masjid Al-Aqsa tersebut, menegaskan langkah-langkah keamanan baru Israel ini sebagai pelanggaran terhadap “status quo” – keseimbangan kesempatan sholat dan hak kunjungan ke Al-Aqsa.
Namun, Israel bersikukuh mempertahankan kebijakan detektor logam baru yang kontroversial tersebut, mengklaim bahwa hal ini tidak berbeda dengan tindakan pengamanan di tempat-tempat keagamaan lainnya di dunia.
Mantan Grand Mufti Yerusalem Sheikh Ikrema Sabri mendukung aksi demonstrasi umat Muslim Palestina, yang menggelar sholat berjamaah di luar gerbang Masjid sejak detektor logam dipasang di lokasi tersebut.
Kebuntuan dimulai pada hari Ahad (16/07), ketika Masjid Al-Aqsa dibuka kembali setelah penutupan 2 hari yang belum pernah terjadi sebelumnya yang diberlakukan untuk menanggapi baku tembak mematikan, menurut klaim Polisi Israel adalah untuk mencari senjata apa pun di dalam kompleks Masjid.
Sheikh Ikrema Sabri, yang juga merupakan Imam Senior Masjid Al-Aqsa, bergabung dengan para pejabat senior Takmir Masjid Al-Aqsa lainnya untuk menyerukan agar warga Palestina tidak melewati detektor-detektor logam Israel.”Pahala untuk siapa saja yang sholat di pos pemeriksaan, akan seperti pahala untuk sholat di dalam Al-Aqsa,” pungkasnya.
“Dengan menolak masuk melalui detektor logam kami akan menunjukkan bahwa kami menolak tindakan apa pun oleh otoritas pendudukan [Israel], yang tidak memiliki hak untuk mengubah status quo”, dikutip dari Anadolu Ajensi.
Sheikh Ikrema Sabri mengklaim detektor logam tersebut merupakan usaha terbaru oleh Israel untuk mengubah keseimbangan kesempatan sholat dan hak kunjungan ke Masjid, yang dikenal sebagai status quo..
Pengaturan berpuluh-puluh tahun hanya memungkinkan umat Islam untuk sholat di lokasi, yang dikelola oleh sebuah Yayasan Islam yang diawasi oleh Yordania.
Faksi terkemuka di Otoritas Palestina (PA), Fatah, telah menyerukan “Hari Kemarahan” [‘Day of Anger’] di Tepi Barat yang diduduki pada hari Rabu (19/07), meskipun banyak suara protes para demonstran Selasa malam yang ditujukan terhadap Otoritas Palestina (PA) itu sendiri.
Aksi protes meningkat setiap harinya sejak Al-Aqsa dibuka kembali pada hari Ahad (16/07) setelah penutupan dua hari sebelumnya Jumat (14/07).[IZ]