JAKARTA (Panjimas.com) – Tepat satu pekan, Jumat yang lalu 14/7 Masjid al-Aqsha dinyatakan tertutup aksesnya oleh siapa saja. Pemerintah Zionis Israel menutup dan melarang pelaksanaan Shalat Jumat di dalamnya. Kejadian ini adalah yang pertama kali setelah dikuasi Israel sejak 6 Juni 1967. Pagi harinya terjadi baku tembak, antara 3 pemuda Palestina yang menyerang polisi Israel penjaga pintu Asbat, salah satu pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsha. Ketiganya gugur di dalam pelataran Masjid al-Aqsha.
Masjid Al-Aqsha disterilkan dari jamaah yang masuk sejak peristiwa pada hari Jumat. Ditutup penuh dan azan dilarang dikumandangkan. Akses masuk Masjid Al-Aqsha dibuka dikembali pada hari Ahad (16/7). Dengan pemeriksaan yang ketat yaitu melalui electric gate. Anehnya, Israel tidak melarang pemukim Yahudi untuk masuk ke kompleks Al-Aqsha, sehingga menimbulkan kekesalan dari pihak muslim Palestina hingga berujung bentrokan fisik dengan polisi Israel. Terlebih setelah ada jenazah yang tidak diperbolehkan untuk dishalatkan di dalam Masjid Al-Aqsha.
Sampai hari ini, Kamis 20/7 Masjid Al-Aqsha masih dikuasai Israel dan membatasi dengan tidak manusiawi akses masuk ke dalamnya. Disinyalir adanya kemungkinan Israel memanfaatkan kejadian ini sebagai alasan membagi penggunaan Al-Aqsha untuk muslim dan Yahudi berdasarkan waktu dan tempat.
Demi merespon perkembangan terkini, maka sejumlah tokoh nasional dan LSM Peduli Palestina yang tergabung dalam Aliansi Indonesia Membela Masjid al-Aqsha (AIMMA) berkumpul di Masjid Agung Al-Azhar Jakarta setelah shalat Jumat, 21/7, untuk menyusun agenda umat terkait penistaan terhadap Masjid Al-Aqsha.
Di antara poin-poin penting dalam pernyataan sikap bersama ini adalah: Pertama, mengecam dan mengutuk tindakan Zionis Israel yang menutup dan membatasi akses masuk Masjid Al-Aqsha yang bertentangan dengan hak asasi manusia dalam melaksanakan ibadah sesuai keyakinannya.
Kedua, mengajak para ulama dan dai untuk terus mengingatkan kewajiban umat Islam, membela dan mempertahankan kesucian Masjid Al-Aqsha
Ketiga, mengajak seluruh umat Islam, khususnya, untuk melakukan aksi protes secara serentak untuk menolak dan mengecam tindakan yang dilakukan Zionis Israel
Keempat, menyeru kepada Pemerintah Republik Indonesia untuk aktif beprperan mendorong bagi terciptanya suasana kondusif di Masjid Al Aqsha, khususnya bagi kaum muslimin yang hendak melaksanakan ibadah shalat di dalamnya.
Kelima, mMenyeru kepada Parlemen Indonesia untuk mengadakan kerjasama dengan parlemen-parlemen internasional dalam menyelesaikan kesewenang-wenangan dan kezhaliman yang dilakukan Zionis Israel
Keenam, mengajak LSM-LSM dan lembaga-lembaga Internasional untuk lebih meningkatkan kepedulian dan kemanusiaannya terhadap permasalahan di Palestina, khususnya melindungi kebebasan beribadah bagi umat Islam di Masjid al-Aqsha serta membantu rakyat Palestina dalam meraih kemerdekaan dan kedaulatannya.
Turut hadir dalam aksi ini: KH. Abdullah Syafi’i AS, KH. Nasir Zein, KH. Bachtiar Nasir, Ust. Muhammad Arifin Ilham, Dr. Adhiyaksa Dault, Ust. Ferry Nur, Ust. Saiful Bahri, Ust. Suhartono, Ust. Ahmad Yani, Ust. Ahyudin, Ust. Agus Sudarmaji, Ustd. Nurjannah Hulwani, dan tokoh-tokoh Nasional Lainnya
Acara ini didukung oleh: ASPAC for Palestine – SOA (Spirit of Aqsa) – KISPA – KNRP – ACT – BSMI – ADARA Relief International- Sahabat AQSA – AQL – Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia – Ponpes Rafah – Azzikra – PB Mathla’ul Anwar – Khairu Ummah -KAMMI – FSLDK – Jakarta Sinergi – PUI – Peduli Jilbab – Gemas –LMI – Bidik Production – Muslim Bersatu – Cadik – Pejuang Subuh. (desastian)