SOLO (Panjimas.com) — Umat Islam Solo berduka, setelah Selasa (18/07/2017) Haji Achmad Sulaiman Badrie di Rumah Sakit (RS) Kariadi Semarang, berpulang menghadap Allah SWT tepat pada usia 69 tahun, karena penyakit jantung yang dideritanya.
Usai Sholat Dzuhur, Ratusan umat muslim Solo beserta para tokoh ummat mengikuti shalat jenazah untuk almarhum Haji Achmad Sulaiman Badrie di Masjid Al Ma’moer Jl Sidoluhur Laweyan, Rabu (19/7/2017). Gema Takbir empat kali dikumandangkan saat shalat, menjadi doa sekaligus penghormatan terakhir bagi Haji Achmad Sulaiman Badrie sebelum dimakamkan di Astono Sentono Laweyan, Rabu Siang (19/7/2017).
Tampak tokoh dakwah, aktivis muslim, dan tokoh masyarakat serta para pelayat berbagai kalangan turut mendoakan beliau. Salah seorang tokoh yang ditemui panjimas.com Ustadz Arif Wibowo, Direktur Pusat Studi Peradaban Islam (PSPI), berbagi kenangan tentang kiprah dakwah dan sepak terjang beliau.
Ustadz Arif Wibowo mulai berinteraksi dekar dengan Haji Sulaiman Badrie mulai sekitar tahun 1997-1998.
Sebagai Tokoh senior dan sesepuh Pelajar Islam Indonesia (PII) saat Haji Achmad Sulaiman Badri seringkali terlibat dalam diskusi dan kegiatan bersama Pengurus Daerah Perguruan Tinggi Pelajar Islam Indonesia (DPPT PII) Solo.
Hubungan Ustadz Arif Wibowo dengan Haji Sulaiman semakin erat saat Partai Bulan Bintang (PBB) berdiri di Solo. Selain turut terlibat dalam mengumpulkan para pendukung Masyumi. Haji Sulaiman merupakan aktor utama dalam pendirian PBB. Menurut penuturan Arif Wibowo, Ia bergerak sebagai salah satu aktor intelektual dan organisator baik dari segi pemikiran dan kekuatan finansial.
“Beliau termasuk deklarator Partai Partai Bulan Bintang Solo, dan kemudian jadi penasehatnya”, pungkasnya. Lebih lanjut Ustadz Arif Wibowo menuturkan, “support beliau untuk dakwah Islam di Solo ini luar biasa”.
“Beliau juga sangat peduli literasi dan merupakan salah satu penyokong Perpustakaan Islam di Surakarta”, tandasnya.
Haji Sulaiman Badri juga pernah terlibat aktif mengusung Achmad Purnomo saat bersaing melawan Joko Widodo dalam Pilkada Solo. Kemenangan Purnomo di tiga kecamatan, Laweyan, Serengan dan Pasar Kliwon tak lepas dari kiprahnya dan pergerakan beliau.
Sementara Ustad Dahlan, tokoh Majelis Ulama Indonesia Surakarta, menuturkan bahwa Haji Achmad Sulaiman Badrie merupakan pengurus MUI Solo Komisi Ukhuwah.
“Beliau memang aktif di PII sejak 65, kemudian jadi instruktur dan hingga sekarang menjadi sesepuh PII Solo, dan terlibat baik pemikiran maupun finansial”, pungkas Ustad Dahlan saat ditemui panjimas.com di rumahnya.
Pendiri Kampung Batik Laweyan
Ditemui panjimas.com di kediamannya, Setiawan Muhammad, putra sulung almarhum Haji Achmad Sulaiman Badrie itu menuturkan sekelumit kisah hidup mendiang ayahnya.
Iwan menuturkan, ayahnya memulai usaha batik tahun 70-an. Sebelumnya Haji Sulaiman ikut bekerja dengan kakaknya menyuplai benang ke perusahaan pemerintah di Jakarta. “Habis itu tahun 70 an pulang ke Solo menjalankan usaha batik sampai seperti ini,” ujarnya.
Bukan tanpa rintangan, usaha batik yang kini berlabel Batik Puspa Kencana itu pernah pasang surut. Bahkan dalam ingatan Iwan, tahun 80-an usaha batik terseok-seok. Namun ayahnya tetap gigih menjalankan usaha batik, meskipun pasar batik saat itu mengalami pasang surut. Dalam kenangan Iwan, ayahnya tak pernah berpangku tangan, bahkan terus membuat desain batik, hingga terhenti karena jatuh sakit beberapa waktu lalu.
Sosok yang dikenal gigih itu juga menjadi salah satu pendiri Kampung Batik Laweyan. Bersama kawan-kawanya sesama saudagar batik ia memiliki keyakinan agar roda bisnis batik bangkit lagi. Gayung bersambut, UNESCO menetapkan batik sebagai warisan dunia. Bisnis batik berkembang pesat.
“Jauh sebelum UNESCO menyatakan batik sebagai warisan budaya, dengan gagasan sederhana dari bapak dan teman-teman lainnya seperti pak Alfa, mas Gunawan dan beberapa yang lain punya berkeyakinan adanya kampung batik akan menghidupkan kembali roda bisnis Laweyan,” ujar Iwan.
“Dia [Sulaiman] selama hidupnya terkenal pekerja keras dan sebagai maestro batik di Solo. Yang menggagas Kampung batik Laweyan juga Almarhum,” kata Kakak almarhum, Salman Badrie.[IZ]