JAKARTA (Panjimas.com) – Ceramah Ustadz Syamsuddin atau yang populer dengan nama Ustadz Syam di sebuah stasiun televisi swasta menuai kontroversial, terkait pemaparannya tentang salah satu kenikmatan surga, adanya ‘pesta seks’.
Penggalan video ceramah Ustadz Syam dalam Program acara “Islam Itu Indah” itu menjadi viral dan menjadi perbincangan publik, khususnya media sosial. Para netizen menilai ucapan Ustadz Syam terkait pesta seks dianggap tak pantas.”Salah satu nikmat yang ada dalam surga adalah pesta seks,” ucapnya di tengah para jamaah.
Ustadz Syam kemudian melanjutkan penjelasannya kenapa hal itu menjadi salah satu nikmat surga yang diberikan. “Minta maaf, karena inilah yang kita tahan-tahan selama di dunia. Inilah yang kita tahan-tahan di dunia dan kenikmatan terbesar yang diberikan Allah SWT di surga adalah pesta seks.”
Menurut netizen apa yang disampaikan Ustadz Syam tak pantas dan dianggap keterlaluan. Menanggapi komentar dan protes netizen yang terus mengalir, Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) berjanji akan menindaklanjutinya. Melalui akun Twitternya, KPI berbalas komentar pada postingan tersebut yang menjelaskan pihakknya akan melakukan rapat internal.
“Aduan bapak dan ibu akan kami bawa ke rapat internal kami pada hari rabu besok.untuk ditindak lanjuti.terima kasih,” tulisnya
Ditanggapi Rekan Ustadz
Menanggapi ceramat Ustadz Syam tentang pesta seks, Kepala Biro Media dan Dakwah Daarul Qur’an, Ustadz Hendy Irawan Saleh mengatakan,Rasulullah memberitakan sampai tiga kali orang yang dimasukan oleh Allah menjadi penduduk surga dengan amalan:”Hatiku tidak pernah hasad kepada orang beriman, tidak pernah berkeinginam mendzalimi mereka dan setiap kedzoliman yang dilakukan oleh mereka aku maafkan kedzoliman-kedzoliman mereka setiap aku menjelang tidurku.”
Dikatakan Ustadz Hendy, orang yang mudah memaafkan memiliki dua kenikmatan. Kenikmatan hati dan kenikmatan jasmani. Kenikmatan ini seperti mendapatkan kenikmatan surga di dunia. Terlebih ketika hati menjadi lapang dan berfilosofi nothing too lose.
“Secara prinsip perlunya mengetahui ilmu tentang definisi surga, hal yang tak pernah dilihat dengan mata, didengar oleh telinga dan dirasakan oleh hati manusia. Ini sifat dasar surga. Oleh karenanya, pengatahun surga harus didasarkan pada hadits Rasulullah dan buku para ulama yang qualified,” kata Ustadz Hendy.
Seorang penceramah, kata Ustadz Hendy, hendaknya tidak menerangkan sembarangan apa yang terjadi disurga dengan imajinasi seperti apa yang terjadi didunia. Ini salah besar. “Benar ada seks dalam surga. Tapi Allah hilangkan rasa cemburu di surga. Rasa dendam tak ada. Rasa benci juga tidak Ada,” tandasnya.
Nabi SAW dari Abu Hurairoh bersabda: “…masing-masing mereka memiliki dua istri. Sumsum tulang betisnya kelihatan dibalik daging, karena saking indahnya. Tidak ada perselisihan dan permusuhan diantara mereka. Mereka sehati, senantiasa bertasbih mensucikan Allah, pagi dan sore.” (HR. Bukhari 3245, Muslim 2843, dan yang lainnya).
Dan Alquran juga sudah menyatakan dalam Alquran. “Kami lenyapkan segala rasa dendam yang berada dalam hati mereka, sedang mereka merasa bersaudara duduk berhadap-hadapan di atas dipan-dipan.” (QS. Al-Hijr: 47).
“Bahkan dalam riwayat seorang suami mampu melayani 100 wanita dalam semalam. Tapi semalam disurga kan beda dengan dunia. Jangan diimaginasikan saat berada di dunia.”
Lebih lanjut Ustadz Hendy menjelaskan, wanita yang tidak menikah akan dinikahkan oleh pemuda ganteng yang bentuk tubuhnya percis seperti Nabi Adam kecuali wajah. Wanita yang bersuami akan dikumpulkan dengan suaminya (asal suaminya masuk surga).
“Didalam surga Allah jadikan kelamin para penghuni surga, kelamin yang tak pernah kendur dan syahwat yang tak pernah habis. Namun ini bukan kenikmatan segala-galanya. Karena penduduk surga hanya mencari kenikmatan utama yaitu, bertemu dan melihat langsung wajah Allah dan inilah kenikmatan terindah.”
Kenikmatan yang lain, ungkap Ustadz Hendy, saat penghuni Surga dikunjungi Rasulullah Saw. Karena itu, kenikmatan terindah di dunia adalah mengenal Allah. Maka, belajarlah untuk mencintai Allah. (desastian)