BELGRADE (Panjimas.com) — Ribuan orang dari seluruh dunia berangkat pada hari Sabtu (08/07) dalam sebuah aksi massa damai selama 3 hari di kota Nezuk di dekat kota Tuzla di Bosnia untuk memperingati tahun ke-22 peristiwa genosida Muslim Srebrenica.
Lebih dari lima ribu peserta, mulai berkumpul di kota Nezuk sejak dini hari, ribuan massa akan menempuh jarak total sekitar 100 kilometer (62 mil).
Aksi massa damai itu melakukan longmarch yang diperkirakan akan berakhir di sebuah pemakaman di Potocari, sebuah desa di Bosnia-Herzegovina Timur, sebelah barat laut kota Srebrenica, di mana upacara peringatan akan diadakan untuk mengenang 71 korban genosida muslim Srebrenica.
Peserta akan menempuh perjalanan sekitar 35 km setiap harinya untuk mencapai Potocari dalam rangka “Peace March” (aksi damai) yang diselenggarakan untuk ke-13 kalinya tahun ini, dan ribuan massa menghabiskan malam di daerah berhutan.
Selama perjalanan panjang, mereka diberikan rincian informasi dan pemahaman tentang genosida muslim Srebrenica tersebut dan menceritakan tentang kenangan akan orang-orang yang selamat dan menerima apa yang disebut “Death Road” [“Jalan Kematian”].
‘Orang-orang dari Seluruh Dunia Berpartisipasi’
Camil Durakovic, Ketua Panitia Penyelenggara, mengatakan bahwa Pawai Perdamaian “Muslim Srebrenica” telah berubah menjadi aktivitas global.
“Orang-orang dari seluruh dunia berpartisipasi [di jalan-jalan] bersama anak-anak dan cucu-cucu mereka yang terbunuh pada tahun 1995. Tujuan dari aksi damai ini adalah untuk napak tilas setidaknya sedikit dari apa yang dialami korban Srebrenica melalui jalur ini,” kata Durakovic.
Munir Habibovic, salah satu perwakilan panitia penyelenggara, mengatakan bahwa lima sampai tujuh ribu orang diperkirakan hadir dalam pawai tahun ini.
Salah satu peserta, Edin Dzinalic dari kota Tesanj, mengatakan bahwa saat itu adalah yang ke 7 kalinya bagi dirinya untuk berpartisipasi dalam pawai tersebut.
“Saya berpartisipasi untuk menghormati orang-orang yang kehilangan nyawa mereka selama perjalanan [pada tahun 1995]. Akan lebih mudah untuk berjalan jika tidak ada orang yang melepaskan tembakan ke arah Anda,” tambahnya.
Sejak tahun 2005, ribuan orang telah menghadiri Mars Mira (yang berarti Pawai Perdamaian dalam bahasa Bosnia lokal), yang mengikuti jalur hutan yang sama yang digunakan oleh Muslim Bosniaks saat mereka melarikan diri dari genosida Srebrenica.
Jalan dari Srebrenica ke Tuzla umumnya dikenal sebagai “Death Road” [“Jalan Kematian”].Muslim Srebrenica dikepung oleh pasukan Serbia antara tahun 1992 dan 1995 selama Perang Bosnia. Saat itu, milisi Serbia mencoba merebut wilayah tersebut dari orang Muslim Bosnia dan Kroasia untuk membentuk negara mereka sendiri.
Dewan Keamanan PBB telah menyatakan Srebrenica sebuah “daerah aman” pada musim semi tahun 1993. Namun, pasukan Serbia yang dipimpin oleh Jenderal Ratko Mladic – yang sekarang menghadapi tuduhan genosida di Den Haag – menyerbu zona PBB meskipun terdapat sekitar 450 tentara Belanda yang ditugaskan sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB.untuk melindungi warga sipil yang tidak berdosa.
Pasukan Belanda gagal bertindak saat pasukan Serbia menduduki daerah tersebut, hingga menewaskan sekitar 2.000 pria muslim termasuk anak pada tanggal 11 Juli saja 1995 saja. Sekitar 15.000 penduduk Srebrenica melarikan diri ke pegunungan di sekitarnya namun tentara Serbia memburu dan membantai 6.000 di antaranya di hutan.
Sebanyak 6.504 korban terkubur di Srebrenica Genocide Memorial di Potocari.
Pembantaian di kota Bosnia timur itu dikenal luas sebagai pembunuhan massal terburuk sejak era Perang Dunia II, “Srebrenica massacre” terjadi ketika satu Batalion pasukan penjaga perdamaian PBB asal Belanda, gagal melindungi warga sipil dari para pembantai pasukan Serbia-Bosnia.
Sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia terbunuh setelah tentara Serbia-Bosnia menyerang “daerah aman” Srebrenica pada bulan Juli 1995, terlepas dari kehadiran tentara Belanda yang bertugas sebagai penjaga perdamaian internasional.
Pada bulan Juli 2014, sebuah pengadilan di Belanda memerintahkan Belanda untuk memberi kompensasi kepada lebih dari 300 keluarga korban Srebrenica, dengan menegaskan bahwa pasukan penjaga perdamaian Belanda seharusnya tahu bahwa mereka akan dibunuh.[IZ]