SOLO (Panjimas.com) — Mantan Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) 1999- 2004, Amien Rais menyebut umat Islam wajib waspada bahaya detoksifikasi identitas kebangsaan yang dilakukan oleh kalangan Tionghoa. Bahaya keracunan opini ini bisa menyebabkan kita kehilangan jati diri sebagai bangsa Indonesia.
Amien menjelaskan detoksifikasi yang berlebihan itu berkaitan dengan identitas warga negara Indonesia. Kalangan Tionghoa begitu masif menanamkan pemikiran bahwa di Indonesia tidak ada warga asli semua adalah pendatang. Mereka [Konglomerat Tionghoa] bermaksud melakukan “brainwash” atau pencucian otak umat Islam khususnya bahwa mereka bukan asli Indonesia alias pendatang.
“Mereka kalangan Tionghoa bertindak ugal- ugalan di depan dua simbol negara kita (Wapres Jusuf Kalla dan Ketua MPR Zulkifli Hassan-Red) pada sebuah acara makan malam bersama 40 konglomerat Tionghoa setahun yang lalu,” ujar Amien belum lama ini dalam acara Halal Bihalal Forum Keluarga Alumni (Fokal) Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) di gedung Siti Walidah Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Ahad (09/07).
Amien menyebutkan pernyataan ugal-ugalan dihadapan dua simbol negara itu sebagai sebuah penghinaan, pernyataan konglomerat Tionghoa itu menyebutkan bahwa tidak ada penduduk asli Indonesia kecuali penduduk suku Mentawai. Secara otomatis mereka mengatakan bahwa Jusuf Kalla dan Zulkifli Hassan adalah pendatang. Mereka [tionghoa] tidak akan tinggal diam dan akan terus mengampanyekan melalui media massa dan media sosial mereka.
“Berkali-kali tokoh umat kita, -termasuk diulang-ulang oleh pak Gatot Nurmantyo- bahwa saham dan andil terbesar kemerdekaan Indonesia adalah dari umat Islam yang lain hanya sampingan,” tandasnya.
Amien menambahkankan jika kalangan aseng tidak akan tinggal diam untuk menguasai Indonesia. Hal itu termasuk membuat opini yang meniadakan peran umat Islam di Indonesia.
Mereka pun merasa begitu bangga menyebut Indonesia sebagai bapak angkat atau bapak tiri. Sementara bapak kandung mereka adalah Cina, jadi bisa saja mereka tidak akan pernah peduli dengan hancurnya Republik Indonesia walaupun sudah banyak hasil sumber daya alam Indonesia yang diboyong oleh mereka.[IZ]