DAMASKUS, (Panjimas.com) – Pasukan rezim Assad hari Kamis (06/07) dilaporkan menyerang wilayah oposisi di Distrik Jobar, Damaskus, dengan gas klorin, demikian menurut sumber setempat.
Dalam sebuah pernyataan, pejabat di Pusat Medis Jobar mengatakan bahwa 10 pejuang oposisi telah terkena serangan tersebut.
Yusuf al-Bustani, anggota Komite Koordinasi lokal di ibukota wilayah Ghouta Timur, mengatakan pasukan rezim Assad sering menargetkan Jobar dan Ghouta Timur dengan gas klorin.
“Rejim ini juga menyerang zona de-eskalasi. Pasukan Assad gagal mematuhi kesepakatan gencatan senjata, ” kata al-Bustani, dikutip dari Anadolu.
Awal pekan ini, al-Bustani menambahkan, pasukan rezim juga menyerang posisi oposisi di Distrik Ain Tarma dan Zamalka di Ghouta Timur.
Pada hari Sabtu (01/07), juru bicara oposisi Suriah mengatakan bahwa lebih dari 30 pejuang oposisi telah terpengaruh dampak oleh serangan rezim di Ghouta Timur, yang juga menggunakan gas klorin.
Akhir bulan lalu, ‘Organization for the Prohibition of Chemical Weapons’, Organisasi untuk Larangan Senjata Kimia mengklaim bahwa gas sarin telah digunakan dalam serangan 4 April di Desa Khan Sheikhun di Provinsi Idlib.
Selama pembicaraan yang diadakan di Astana pada awal Mei, Rusia, Turki dan Iran sepakat untuk membangun jaringan “zona de-eskalasi” di berbagai wilayah di Suriah.
Menurut kesepakatan tersebut, zona de-eskalasi merupakan wilayah di mana tindakan agresi dilarang secara nominal – zona-zona ini akan mencakup kota Idlib dan beberapa bagian Provinsi Latakia, Homs, Aleppo dan Hama, serta Damaskus, Ghouta Timur, Daraa dan Quneitra.
Perundingan Astana
Ibu kota Kazakhstan, Astana akan menjadi tuan rumah putaran kelima perundingan untuk menyelesaikan situasi konflik di Suriah dengan partisipasi rezim Assad dan pasukan oposisi bersenjata pada 4-5 Juli.
Selama pertemuan sebelumnya di Astana pada tanggal 4 Mei, negara penjamin – Rusia, Turki, dan Iran – menandatangani kesepakatan untuk menetapkan zona de-eskalasi di Suriah.
Pada hari Selasa (04/07), putaran kelima perundingan perdamaian dimulai di ibu kota Kazakhstan, Astana.
Putaran pertama perundingan damai diadakan di Astana pada 23 dan 24 Januari lalu, setelah gencatan senjata dicapai pada 30 Desember.
Perundingan Astana ini sedang diperantarai oleh Turki, yang mendukung oposisi Suriah, bersama dengan Rusia dan Iran, dimana keduanya mendukung rezim Assad.
Sejak awal 2011, Suriah telah menjadi medan pertempuran, ketika rezim Assad menumpas aksi protes pro-demokrasi dengan keganasan tak terduga — aksi protes itu 2011 itu adalah bagian dari rentetan peristiwa pemberontakan “Musim Semi Arab” [Arab Spring].
Sejak saat itu, lebih dari seperempat juta orang telah tewas dan lebih dari 10 juta penduduk Suriah terpaksa mengungsi, menurut laporan PBB.
Sementara itu Lembaga Pusat Penelitian Kebijakan Suriah (Syrian Center for Policy Research, SCPR) menyebutkan bahwa total korban tewas akibat konflik lima tahun di Suriah telah mencapai angka lebih dari 470.000 jiwa. [IZ]