JAKARTA (Panjimas.com) – Polisi akhirnya tidak memproses Kaesang putra Presiden Jokowi yang dilaporkan melakukan ujaran kebencian karena ucapan “wong ndeso” di Vlog-nya.
“Karena yang dilaporkan adalah sosok istimewa, maka yang mengumumkan penghentian kasus tersebut juga sosok yang istimewa pula. Untuk kasus yang sebenarnya biasa-biasa saja itu, Wakapolri Komjen Pol Syafruddin perlu turun tangan sendiri untuk menyampaikan kepada publik,” ujar Konsultan Media dan Politik, Hersubeno Arief dalam keterangan tertulisnya.
Dikatakan Hersubeno Arief, keputusan Polri untuk menolak menindaklanjuti laporan atas Kaesang patut diapresiasi dan disyukuri. Setidaknya dengan dua alasan.
Pertama, sikap Polri bisa menjadi semacam preseden, “jurisprudensi” bila ada kasus serupa yang kebetulan pelakunya bukan anak presiden, atau sebaliknya ada yang menyampaikan ujaran yang sama kepada anak presiden, atau mungkin terhadap presiden sendiri, Polri juga tidak perlu memprosesnya dan harus dengan sigap pula untuk menolak dan menghentikannya.
“Polri harus bertindak imparsial, adil. Jangan tajam ke bawah, tumpul ke atas. Jangan seperti sarang laba-laba yang hanya bisa menjaring binatang kecil, tapi bobol setiap kali berhadapan dengan ‘benda” yang besar,” ungkap Hersubeno Arief.
Kedua, Polri tak akan kebanjiran kasus-kasus yang masuk dalam kriteria ecek-ecek. Kasus ujaran, umpatan atau makian semacam itu, sebaiknya cukup diselesaikan antar-rukun tetangga (RT) atau paling tinggi antar-rukun warga (RW).
Meminjam istilah mantan Komandan Korps Marinir Letjen TNI (Purn) Suharto Polri kini sudah over-loaded, kebanyakan beban kerja.
Mulai dari urusan keamanan dan ketertiban masyarakat (kambtibmas), lalu lintas, SIM, STNK, penanganan kriminalitas,human trafficking, kejahatan terhadap perempuan dan anak-anak, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), narkoba, kejahatan antar-negara, terorisme, urusan ulama yang dianggap makar, sampai rencananya juga akan ditugasi mengurus tindak pidana korupsi.
“Lha kalau setiap kali ada yang merasa dihina, terhina, dinistakan, dilecehkan atau perbuatan apapun yang tidak menyenangkan, semua dilaporkan polisi, kapan polisi istirahatnya?”
“Polisi kan juga manusia biasa. Dia bukan superman. Ada capeknya, ada kesalnya, ada rasa kemanusiaannya yang kadang sering berpihak. Ada takutnya pula kalau harus berhadapan dengan pihak yang lebih berkuasa. Kasihanilah polisi.”
Dikatakan Hersubeno Arief, walaupun tidak jadi diproses polisi, pelaporan tersebut sebenarnya ada hikmahnya juga. Mulai sekarang walaupun maksudnya hanya bercanda, jangan gampang mengumpat, memaki, menghina, apalagi di sosial media.
“Banyak yang tidak sadar dampak besar dari sosial media. Seakan hanya iseng, tapi pesannya bisa sampai kemana-mana. Bukan hanya Indonesia, tapi bisa se-dunia. Apalagi bila pelakunya anak seorang presiden. Dari sisi media masuk dalam kriteria “sangat layak” berita. Jadi bisa digoreng kemana-mana,” kata Hersubeno.
“Memang begitulah nasib anak seorang presiden. Ada enak dan ada tidak enaknya. Walaupun kalau ditimbang-timbang pasti lebih banyak enaknya. Sebagai respon ucapan dasar wong ndeso di sosial media, muncul berbagai meme. Salah satu yang menggelitik adalah “ndeso itu kalau berpergian ke luar negeri pakai uang negara.” (desastian)