ANKARA (Panjimas.com) – Presiden Joko Widodo atau Jokowi memulai rangkaian kunjungan kerjanya ke Turki dan Jerman selama lima hari. Selama di Turki dan Jerman, Jokowi akan menggunakan momen tersebut untuk menyebarkan pesan-pesan kontra terorisme (counter terrorism).
Menlu Retno Marsudi kepada wartawan mengatakan, kunjungan Presiden Jokowi ke Turki merupakan kunjungan balasan dari kunjungan Presiden Erdogan pada Juli 2015. Setiba di Turki, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyambut Presiden Jokowi dengan upacara kenegaraan di Istana Presiden Turki atau White Palace.
White Palace itu dikenal sebagai salah satu landmark Kota Ankara karena dibangun dengan menelan biaya hingga 350 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp4,6 triliun. White Palace berdiri di atas lahan seluas 4.134 hektar di luar wilayah Ankara, properti ini memiliki 1.100 ruangan, dan kertas dinding sutra seharga 2.000 poundsterling atau setara Rp34,5 juta per-roll.
“Setelah penyambutan kenegaraan oleh Presiden Turki dilanjutkan pertemuan yang sifatnya lebih terbatas yaitu pertemuan empat mata yang dilanjutkan dengan pertemuan bilateral secara lebih luas,” kata Retno seperti dilansir Antara.
Presiden Jokowi sempat bertemu dengan Erdogan dalam beberapa forum internasional, namun kata Retno, kunjungan Presiden Jokowi ke Turki ini merupakan kali pertama.
Menurut Retno, ada tiga fokus bahasan yang akan dibicarakan dalam kunjungan kenegaraan Presiden Jokowi ke Turki, yakni: meliputi pengembangan kerja sama di bidang ekonomi melalui peluncuran Indonesia-Turki Comprehensive Economic Partnership atau IT-CEPA, kerja sama pengembangan industri strategis, dan counter terorisme.
Di Turki, masalah counter terrorism juga akan disampaikan usai Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan dan pembahasan perihal perdagangan di Ankara, ibu kota Turki. Rencananya, hal itu akan disampaikan pada tanggal 6 Juli, di mana Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan akan turut serta.
“Counter terrorism menjadi fokus bahasan dalam rangka kunjungan kenegaraan,” ujar Menlu Retno Marsudi kepada wartawan di kompleks Istana Kepresidenan, Senin (3 Juli 2017) lalu.
Sementara itu, untuk kegiatan di Jerman, Presiden Joko Widodo akan menyampaikan pesan-pesan counter terorrism pada sesi retreat G20 yang digelar di Hamburg. Menurut Retno, Preside Joko Widodo akan memegang posisi pembicara utama soal counter terrorisme dalam sesi tersebut.”Total ada lima sesi yang akan Presiden Joko Widodo ikuti dan salah satunya terkait terorisme,” ujar Retno menegaskan.
Ditanya apakah Presiden Joko Widodo juga akan menyinggung masalah terorisme di hadapan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang diagendakan bertemu dengannya, Retno menyampaikan bahwa ada banyak hal yang dibahas dalam pertemuan itu. Oleh karenanya, kata ia, tak tertutup kemungkinan masalah counter terorrism ikut dibicarakan.
“Pertemuan dengan Donald Trump adalah pertemuan bilateral, jadi yang akan dibahas adalah urusan-urusan bilateral yang lebih luas dari sekadar bicara soal counter terrorism,” ujar Retno melengkapi.
Dengan menjadi pembicara soal counter terrorism di G20 nanti, maka hal itu menjadi pengalaman yang kesekian kalinya untuk Presiden Jokowi. Tahun lalu, ia juga menjadi pembicara utama soal counter terrosim di G20 yang digelar di Turki. Dan, momen itu terjadi tak lama setelah serangan teror ke Paris. (desastian)