JAKARTA, (Panjimas.com) – Masih ingat tayangan film pendek berjudul Aku Adalah Kau yang Lain? Film garapan Anto Galon yang meraih penghargaan Police Movie Award ini ditarik dari peredarannya di media sosial karena mendapat kecaman dari banyak pihak. Film tersebut dinilai banyak pihak menunjukkan wajah intoleransi Muslim di Indonesia.
Film ini pun coba dijawab dengan film pendek lain berdurasi kurang dari delapan menit. Film berjudul Aku, Kamu Adalah Kita dibuat untuk meluruskan bahwa umat Islam di Indonesia penuh dengan wajah toleransi.
“Film ini adalah pelurusan film sebelumnya bahwa kita tuh enggak gitu. Umat Islam enggak gitu,” ujar Sineas Muslim, Ahmad Zaki dalam siaran persnya, Rabu (05/07).
Zaki menjelaskan, film ini dibuat dengan biaya sendiri. Meski sepenuhnya menggunakan pemain amatir, film ini diupayakan dapat memiliki kualitas profesional.
Hanya, Zaki enggan menyebutkan berapa nilai produksi film ini. Dia cuma menjelaskan film dibuat dengan anggaran profesional. “Ada empat pemain utama, 16 pemain pendukung, dan banyak talent. Untuk bajet tulis saja pro,”ujar Zaki.
Shooting film dilakukan di beberapa lokasi di Jakarta pada Ahad (02/07). Zaki pun menjelaskan, produksi film ini hanya dilakukan selama satu hari. Uniknya, tim pembuatan film yang digagas Zaky baru pertama kali bertemu. Mereka adalah orang-orang yang merespons ide Zaki untuk membuat film pendek di Facebook.
Mereka tidak mendapat bayaran untuk memproduksi film pendek itu. “Kita semua digerakkan sama Allah untuk melakukan ini,”ujar dia.
Zaky lantas memperlihatkan materi film Jalan cerita film memang mengadopsi cerita film Aku Adalah Kau yang Lain. Meski demikian, ada beberapa materi yang coba diluruskan oleh Zaky dan kawan-kawan.
Contohnya saja tokoh Si Mbah yang menolak keras adanya ambulans lewat karena di dalamnya ada pasien beragama non-Islam. Di dalam film garapan Zaky, tokoh ini diubah menjadi seorang jawara yang sedang menjaga pengajian di jalanan. Alih-alih menolak, jawara ini hanya bertanya tentang ambulans tersebut dan mempersilakan mereka untuk lewat.
Film ini juga meluruskan tentang prosedur untuk pasien gawat darurat yang hendak masuk rumah sakit. Meski di dalam film tersebut digambarkan seorang anak yang sudah dalam kondisi kritis untuk mengambil antrean di dalam rumah sakit, pada akhirnya ada suster yang menjelaskan tentang prosedur penanganan gawat darurat di rumah sakit.
Perawat di dalam film itu pun coba menjelaskan jika seorang pasien gawat darurat tidak perlu masuk dalam antrean. Dia cukup masuk ke dalam ruang Unit Gawat Darurat (UGD) dan akan mendapatkan layanan dari rumah sakit tanpa mengantre.
Menurut Zaky, prosedur sebenarnya tentang penanganan pasien gawat darurat penting untuk diketahui publik. Adanya informasi yang salah bahwa pasien kritis masuk ke dalam antrean reguler berbahaya bagi pasien itu sendiri. “Saya ini aktivis sosial yang biasa mendampingi pasien. Saya sangat berkepentingan untuk itu,”jelas Zaky.
Zaky menambahkan, film ini akan di-launching pada Rabu (5/7) lewat akun Facebook. “Trailer-nya sudah muncul dari kemarin,” kata dia. [TM/Desas]