SUKOHARJO (Panjimas.com) – Sekretaris Umum (Sekum) Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Abdul Mu’ti, dalam tausiah acara Silaturahmi dan Halal bi halal bersama keluarga besar Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sukoharjo, menjelaskan pentingnya 3 “O” usai Ramadhan.
Secara struktural O yang pertama adalah open house. Menurut Mu’ti open house harus didasari dengAN 2 “O” yang menjadi sebab dimilikinya open house.
“Open House, dimana kita membuka rumah kita bagi siapa saja yang hadir. Kita bergembira dengan suasana dimana kita merayakan kemenangan setelah sebulan lamanya dan memulai langkah baru untuk menunjukkan hamba yang muttaqin,” katanya, Senin (3/7/2017).
Mu’ti melanjutkan O selanjutnya adalah open mine. Membuka pikiran dan wawasan untuk memahami orang lain berdasar ilmu dan sudut pandang lain. Hal ini akan menghindarkan seseorang dari perasaan berpikir negatif.
“Open mine, kita harus menjadi orang yang terbuka pikiran, wawasan terbuka, menjadi orang yang tidak mudah marah, membenci orang lain apalagi menyakiti orang lain,” imbuhnya.
Lebih lanjut, dia mengatakan O berikutnya open heart yang bisa menerima kesalahan orang lain. Hati terbuka terlebih telah ditempa selama satu bulan bermuhasabah menjadi lunak bisa memaafkan.
“Open Heart, hati yang lapang. Silaturahmi itu membuka hati siapa saja untuk menerima orang lain yang mungkin berbuat salah atau khilaf menyakiti kita. Kalau kita tidak memiliki open mine dan open heart maka tidak akan memiliki open house. Karena rumah kita tertutup, semua orang kita curigai,” tuturnya.
Seseorang yang telah open mine dan open heart menjauhkan diri dari prasangka buruk. Dijaman keterbukaan informasi, menurut Mu’ti harus lebih membuka pikiran dan hati agar tidak salah sangka.
“Komunikasi terjadi pada posisi open mine sehingga tidak ada prasangka-prasangka. Sekarang orang hidup dalam sistem keterbukaan informasi. Jika salah sangka dalam melihat informasi, maka jangan sampai shu’udhon prasangka yang tidak-tidak,” ungkapnya.
Open mine dan open heart adalah orang yang terbuka. Mu’ti menegaskan orang terbuka, maka semakin banyak solusi perbaikan, mendengar dan menerima masukan. Hal itu akan membentuk karakter prasangka yang baik.
“Suasana ini mendapatkan spirit baru senantiasa berhusnudhon kepada orang lain. Sebagaimana hadis Rasul, jauhilah prasangka buruk karena sebagian prasangka adalah dosa. Maka hendaknya kita menjadi orang yang selalu bertakwa kepada Allah dan bertaubat kepada Allah,” tutupnya. [SY]