KUALA LUMPUR, (Panjimas.com) – Organisasi perjuangan hak-hak masyarakat Melayu dan Bumiputera, ‘Pribumi Perkasa Malaysia’ pada hari Ahad (02/07) mendesak umat Islam secara nasional untuk memboikot Starbucks, karena CEO-nya secara terang-terangan mendukung komunitas lesbian, gay, biseksual dan transgender (LGBT).
Aksi seruan boikot ‘Pribumi Perkasa Malaysia’ ke seluruh umat Islam Malaysia ini menyusul sehari setelah aksi sama yang digalang Muhammadiyah di Indonesia
‘Pribumi Perkasa Malaysia’ juga mendesak pihak berwenang Malaysia untuk membatalkan izin operasi ritel kopi internasional itu, bersama dengan perusahaan-perusahaan “pro-LGBT” lainnya, misalnya ‘Pribumi Perkasa Malaysia’ menyebut perusahaan raksasa teknologi asal AS, Microsoft sebagai contoh.
Perkasa mendesak umat Islam di Malaysia untuk memboikot Starbucks karena bisnis kafe kopi internasional yang berbasis di Amerika Serikat ini mendukung LGBT dan pernikahan sesama jenis,” demikian menurut pernyataan Kepala Biro Urusan Islam Pribumi Perkasa Malaysia, Amini Amir Abdullah.
“Perkasa juga mendesak pemerintah untuk mengevaluasi kembali lisensi (ijin operasi) perdagangan yang diberikan kepada perusahaan yang mendukung perkawinan sesama jenis dan LGBT (lainnya),” imbuhnya, dikutip dari Malay Mail Online.
Amini mengatakan, pernyataannya tersebut berdasarkan laporan bahwa CEO Starbucks Howard Schultz mendukung pernikahan sesama jenis dan gerakan LGBT (lesbian, gay, biseksual dan transgender).
Howard Schultz, yang sekarang menjadi CEO Starbucks, pada tahun 2013 menyatakan kepada para pemegang saham anti-gay untuk menjual saham mereka jika mereka menentang keragaman, alias menentang gerakan LGBT dan perkawinan sesama jenis.
Schultz membuat pernyataan tersebut sebagai tanggapan atas kritik terkait dukungan perusahaan tersebut terhadap Referendum Washington yang mendukung pernikahan gay pada tahun 2012.
Seruan ‘Pribumi Perkasa Malaysia’ diumumkan sehari setelah Anwar Abbas dari Pimpinan Pusat Muhammadiyah, mendesak pemerintah Republik Indonesia untuk mencabut izin operasi Starbucks sejak sikap politik starbucks yang mendukung gerakan LGBT, ini “tidak sesuai” dengan ideologi negara (Indonesia).
Reuters melaporkan PT Sari Coffee Indonesia, pemegang lisensi starbucks, mengatakan bahwa pihaknya adalah perusahaan berbadan hukum yang “selalu mematuhi peraturan yang berlaku dan menghargai nilai budaya di Indonesia”.
Pada tahun 2014, Ormas Muslim pernah menyerukan boikot bersama terhadap Starbucks, waralaba fast-food McDonald’s, dan Bank Inggris HSBC karena diduga “memberikan dukungan mereka kepada Zionis Israel”. [IZ]