ADDIS ABABA, (Panjimas.com) – Presiden Palestina Mahmoud Abbas pada hari Senin (03/07) menyerukan pentingnya “kesepakatan damai bersejarah” dengan Israel sesuai dengan gagasan solusi 2 negara untuk konflik yang telah berlangsung selama puluhan tahun tersebut, seperti dilansir Anadolu.
Abbas mengeluarkan seruannya dalam sebuah pidato yang disampaikannya pada KTT Uni Afrika ke-29 yang saat ini sedang berlangsung di ibukota Ethiopia, Addis Ababa.
Pemimpin Palestina tersebut juga mendesak para pemimpin Afrika untuk mengkondisikan hubungan mereka dengan Israel atas komitmen untuk mengakhiri pendudukan 50 tahun atas tanah rakyat Palestina.
“Partisipasi Israel dalam Konferensi Regional Afrika hanya mendorongnya untuk melanjutkan kesombongan dan kebijakan pendudukannya dan terus menyangkal hak-hak rakyat Palestina terhadap kebebasan, kedaulatan dan kemerdekaan,” kata Abbas.
Abbas kemudian menyuarakan harapannya bahwa negara anggota Uni Afrika (AU) akan membantu mengubah “kenyataan pahit yang dialami oleh rakyat kami sebagai akibat dari pendudukan [Israel] yang sedang berlangsung ini.
Abbas menambahkan: “Dukungan Afrika untuk resolusi yang mendukung Palestina di forum internasional akan melindungi solusi 2 negara dan berkontribusi pada pelestarian hak-hak rakyat tertindas – rakyat Palestina – sampai perdamaian tercapai.”
“Mengatasi masalah Palestina dengan mencapai solusi yang tepat adalah kunci perdamaian di kawasan ini,” tegasnya.
“Ini akan menghilangkan dalih yang digunakan oleh kelompok teroris di wilayah ini dan berkontribusi terhadap keamanan regional dan perdamaian global”, tandas Abbas.
“Tawaran terakhir dalam hal ini oleh Presiden AS Donald Trump telah datang pada waktu yang tepat; Sekarang ada secercah harapan untuk perdamaian,” kata Presiden Palestina itu.
“Kami sekarang menunggu Israel menanggapi inisiatif Presiden Trump untuk kesepakatan damai bersejarah berdasarkan gagasan solusi 2 negara,” ujarnya.
Selama kunjungan bulan Mei lalu ke kota Bethlehem, di Tepi Barat, Trump telah bersumpah untuk “melakukan segalanya” untuk mewujudkan penyelesaian damai atas konflik Palestina-Israel.
Perundingan damai yang disponsori AS runtuh pada tahun 2014 karena penolakan Israel untuk menghentikan kegiatan pembangunan permukiman ilegal Yahudi di wilayah Palestina.[IZ]