YERUSALEM, (Panjimas.com) – Pihak berwenang Israel pada hari Ahad (02/07) mengizinkan anggota Knesset (Parlemen Israel) untuk memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur, seperti diberitakan media Israel.
Menurut Israel Channel 7, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah mengizinkan anggota-anggota Knesset untuk memasuki kompleks Al-Aqsa pada hari Ahad, pekan depan.
Keputusan tersebut diambil setelah selama 1,5 tahun sejak polisi melarang para anggota Knesset untuk memasuki lokasi suci umat Islam tersebut.
Pada bulan Oktober 2015, Netanyahu melarang anggota Parlemen memasuki kompleks Al-Aqsa dalam upaya untuk menenangkan kekerasan yang meletus di Tepi Barat akibat serangan berulang kali oleh pemukim ilegal Yahudi ke lokasi tersebut.
Pada bulan Maret, media Israel melaporkan bahwa Netanyahu telah memutuskan untuk mengizinkan Menteri Kabinetnya dan anggota Knesset memasuki ke kompleks Masjid Al-Aqsa setelah masa bulan suci Ramadhan, yang berakhir pekan lalu.
Beberapa kelompok ekstremis Yahudi menyerukan penghancuran Masjid Al-Aqsa sehingga sebuah kuil Yahudi dapat dibangun di lokasi tersebut.
Sebelumnya, pada hari Kamis (29/06), Kepolisian Israel lagi-lagi membatasi masuknya jamaah Muslim ke Masjid Al Aqsa. Namun, mereka alih-alih memberikan izin para ektrimis Yahudi untuk memasuki Al-Aqsa, bahkan dengan didampingi Kepala Polisi Israel, seperti dilansir WAFA.
Mereka mengatakan polisi pertama kali meminta diperlihatkan kartu identitas warga Palestina yang ingin memasuki Al-Aqsa, sebelum menutup sepenuhnya bagi jamaah Muslim berusia kurang dari 40 tahun karena Kepala Polisi Yuram Levi berkeliling ke area Masjid Al-Aqsa dengan sekelompok ekstremis Yahudi dalam rangka menandai peringatan pembunuhan seorang pemukim ilegal Yahudi.
Menteri Pertanian Israel Uri Ariel, seorang ektrimis sayap kanan telah meminta para pengikutnya untuk hadir di Masjid Al-Aqsa dalam jumlah besar untuk memperingati kematian seorang pemukim ilegal Yahudi tersebut.
“Pagi ini, Polisi Israel menutup kompleks Masjid Al Aqsa bagi jamaah Muslim di bawah usia 40 tahun, dan kemudian menutupnya untuk semua Muslim, kata Azzam Al Khatib, Dirjen Urusan Al Aqsa seperti dilansir dari Anadolu Jumat (30/06).
Bagi umat Islam, Masjid Al-Aqsa merupakan tempat suci ketiga di dunia. Sementara pemeluk Yahudi, mengklaim area itu sebagai “Temple Mount” dan menyebutnya sebagai situs 2 kuil Yahudi di zaman kuno.
Pada September 2000, kunjungan Ariel Sharon seorang politisi kontroversial Israel ke Al-Aqsa telah memicu apa yang kemudian dikenal sebagai “Intifada II” aksi pemberontakan rakyat Palestina sepanjang lima tahun di mana ribuan warga Palestina gugur dibunuhi pasukan Israel.
Israel telah menduduki wilayah Yerusalem Timur dimana Masjid Al-Aqsa berdiri selama Perang Timur Tengah 1967. Namun secara resmi, Israel menganeksasi seluruh kota pada tahun 1980, mengklaimnya sebagai ibukota negara Yahudi, dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.[IZ]