JAKARTA (Panjimas.com) – Masih ingat aksi boikot atas Sari Roti setelah Aksi 212? Sari Roti sempat collaps ketika umat Islam melakukan boikot terhadap Sari Roti dan sempat mengeluarkan merek baru My Roti sebagai antisipasi bila aksi boikot umat Islam berlanjut.
Saat itu hampir disemua gerai Alfa Mart dan Indomart produk Sari Roti menumpuk hingga ke pojok-pojok ruangan karena umat Islam berhenti mengkonsumsi Sari Roti mengikuti anjuran boikot yang diserukan ulama.
Sayangnya ummat Islam tidak memiliki subsitusi atau alternatif pengganti Sari Roti sehingga akhirnya umat kembali mengkonsumsi Sari Roti. Bila ada, mungkin roti milik muslim sudah besar saat ini.
Alfamart Raup Laba Bersih Rp 56,1 Triliun Sepanjang 2016. Judul head line dilaman moneter.co.id beberapa waktu lalu sempat menjadi viral. Masyarakat terhenyak, khususnya umat Islam. Betapa tidak, siapa yang telah membuat mereka meraup keuntungan sebanyak itu dan menjadikan mereka kaya raya? Siapa lagi kalau bukan umat Islam? Dampaknya bagi ummat Islam?
“Lagi-lagi umat Islam hanya bisa gigit jari ! Itu baru Alfa Mart ! Indomaret juga kurang lebih memperoleh keuntungan hampir sama dengan Alfamart di tahun 2016 yang lalu.”
Malu Belanja di Alfamart
Beberapa waktu yang lalu Ust.Valentino Dinsi, MM, MBA, Pendiri Kita Mart (Pelopor Mini Market Berbasis Komunitas Masjid dengan Model Sharing Economy) yang juga Wakil Ketua Dewan Ekonomi Syariah 212 GNPF MUI menceritakan pengalamannya:
“Saat saya memberikan pembekalan kepada masyarakat di Masjid Sakinah Wa Rahmah di Bojong Kulur untuk membuka Kita Mart yang kedua di sana, Pak Puarman sebagai Direktur Kita Mart mangatakan bahwa ada anggotanya yang selalu berbelanja ke Kita Mart setiap saat. Namun suatu saat barang yang ingin dibelinya ternyata habis. Dia ingin ke Alfamart untuk membelinya tapi dia malu bila diketahui oleh warga lainnya. Jadi, terpaksa dia menyuruh satpam di kompleknya untuk membelikannya di Alfamart.”
Sebuah militansi yang nyata telah di tanamkan oleh Ust.Valentino Dinsi melalui Gerakan Membangun Ekonomi Umat Berbasis Masjid dengan Spirit 212 tampaknya telah membuahkan hasil nyata di masyarakat.
“Meski dikepung oleh Alfa Mart dan Indomart, Omset Kita Mart Bojong Kulur dua kali Indomart dan tiga kali Alfa Mart. Itu karena Kita Mart didirikan oleh 70 Masjid dan Musholla se-Bojong Kulur dan dimiliki oleh 572 jama’ah. Kami mengikuti anjuran Ust.Valentino untuk menerapkan Sharing Economy yang beliau sampaikan.” ujar Puarman direktur Kita Mart Bojong Kulur.
Sensus Produk Muslim
Maraknya gerakan Belanja Di Warung Tetangga serta bermunculannya mini market milik muslim di masyarakat beberapa bulan belakangan ini menandakan kegairahan umat untuk mengambil peran ekonomi di Indonesia. Sebut saja beberapa merek seperti Kita Mart, Shadaqo, U Mart, 212 Mart, NU Mart, MU Mart dan lain-lain.
Pertanyaan besarnya, dari mana mereka mendapatkan produk? Bisa di tebak: Unilever, Indofood, Wings, Kino, Mayora yang 100 % kepemilikannya dan kendalinya pasti bukan muslim.
Apakah ummat tidak memiliki alternatifnya? Untuk itulah MTW (Majelis Ta’lim Wirausaha) yang dipimpin Ust.Valentino Dinsi – murid dan asisten pribadi pendiri ICMI, Bang Imad atau DR.Imanuddin Abdulrachim, MSc – yang secara konsisten lebih dari 13 tahun menyuarakan Kebangkitan Ekonomi Umat melakukan Sensus Produk Muslim untuk mendata, mendistribusikan informasi serta memenuhi kebutuhan kaum muslimin dengan produk-produk milik ummat Islam. Sehingga Tag Line: Dari, Oleh dan Untuk Umat ! tidak hanya sekedar menjadi slogan.
“Ikhwan/Akhwan yang berprofesi sebagai produsen produk muslim dapat mengisi formulir Sensus Produk Muslim, dan jangan lupa menginformasikannya kepada saudara muslim lainnya untuk “Kebangkitan Ekonomi Ummat Dari Masjid Dengan SPIRIT 212,” ajak Valentino Dinsi. (abd/desas)