YERUSALEM, (Panjimas.com) – Pada hari Kamis (29/06), Kepolisian Israel lagi-lagi membatasi masuknya jamaah Muslim ke Masjid Al Aqsa. Namun, mereka alih-alih memberikan izin para ektrimis Yahudi untuk memasuki Al-Aqsa, bahkan dengan didampingi Kepala Polisi Israel, seperti dilansir WAFA.
Mereka mengatakan polisi pertama kali meminta diperlihatkan kartu identitas warga Palestina yang ingin memasuki Al-Aqsa, sebelum menutup sepenuhnya bagi jamaah Muslim berusia kurang dari 40 tahun karena Kepala Polisi Yuram Levi berkeliling ke area Masjid Al-Aqsa dengan sekelompok ekstremis Yahudi dalam rangka menandai peringatan pembunuhan seorang pemukim ilegal Yahudi.
Menteri Pertanian Israel Uri Ariel, seorang ektrimis sayap kanan telah meminta para pengikutnya untuk hadir di Masjid Al-Aqsa dalam jumlah besar untuk memperingati kematian seorang pemukim ilegal Yahudi tersebut.
“Pagi ini, Polisi Israel menutup kompleks Masjid Al Aqsa bagi jamaah Muslim di bawah usia 40 tahun, dan kemudian menutupnya untuk semua Muslim, kata Azzam Al Khatib, Dirjen Urusan Al Aqsa seperti dilansir dari Anadolu Jumat (30/06).
Menurut Azzam, jamaah Muslim baru diizinkan memasuki Masjid Al Aqsa setelah Kepala Polisi Israel meninggalkan lokasi. Kejadian ini mengingatkan kembali kondisi serupa yang terjadi pada September 2000 lalu.
Insiden itu melibatkan politisi kontroversial Israel, Ariel Sharon, yang melakukan kunjungan ke Masjid Al Aqsa Tapi, perlu diingat kalau kunjungan itu memicu kekhawatiran kembali terjadi peristiwa Intifada Kedua.
Ekstremis Yahudi Israel terus berupaya untuk mengadakan ritual-ritual Yahudi di Masjid Al-Aqsha. Para Tokoh Muslim memperingatkan bahwa setiap perubahan status quo di kompleks Masjid Al Aqsa dapat menyebabkan perselisihan agama yang tiada henti.[IZ]