DEN HAAG, (Panjimas.com) – Pengadilan Belanda pada hari Selasa (27/06) memutuskan bahwa pemerintah negeri kincir angin itu “bertanggung jawab secara parsial” atas kematian sekitar 300 pria Muslim selama pembantaian Srebrenica tahun 1995.
Hakim Pengadilan Tinggi Den Haag Gepke Dulek memutuskan bahwa tentara Belanda “merampas nyawa 300 Muslim Bosnia yang memiliki peluang bertahan hidup” dengan mengusir mereka keluar dari kamp militer PBB, dikutip dari Anadolu.
Pengadilan Tinggi Den Haag juga memutuskan bahwa 30 persen kompensasi yang diminta oleh keluarga korban harus dibayarkan oleh pemerintah Belanda.
Pada bulan Maret, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menuding Belanda terlibat dalam pembantaian Srebrenica.
Pernyataan Erdogan muncul setelah sebuah insiden perselisihan politik antara Belanda dan Turki dimana pemerintah Belanda menolak mengizinkan beberapa politisi Turki untuk bertemu dengan warga Turki di Rotterdam pada masa kampanye referendum konstitusi 16 April.
“Kami mengetahui pemerintah Belanda dan orang-orang Belanda terlibat dalam pembantaian Srebrenica,” tegasnya, mengacu pembantaian lebih dari 8.000 pria Muslim dan anak laki-laki Bosnia pada tahun 1995 .
“Kami tahu bagaimana mereka itu pengecut dan berbuat tercela karena mereka membantai 8.000 Muslim Bosnia”, pungkasnya, dikutip dari AA.
Pembantaian di kota Bosnia timur itu dikenal luas sebagai pembunuhan massal terburuk sejak era Perang Dunia II, “Srebrenica massacre” terjadi ketika satu Batalion pasukan penjaga perdamaian PBB asal Belanda, gagal melindungi warga sipil dari para pembantai pasukan Serbia-Bosnia.
Demikian pidato Erdogan didepan para pendukungnya di Ankara, Erdogan menambahkan, “Tidak ada pihak manapun yang harus memberikan kami pelajaran dalam peradaban. Sejarah mereka gelap sementrara kami bersih.”
Sekitar 8.000 pria dan anak laki-laki Muslim Bosnia terbunuh setelah tentara Serbia-Bosnia menyerang “daerah aman” Srebrenica pada bulan Juli 1995, terlepas dari kehadiran tentara Belanda yang bertugas sebagai penjaga perdamaian internasional.
Pada bulan Juli 2014, sebuah pengadilan di Belanda memerintahkan Belanda untuk memberi kompensasi kepada lebih dari 300 keluarga korban Srebrenica, dengan menegaskan bahwa pasukan penjaga perdamaian Belanda seharusnya tahu bahwa mereka akan dibunuh.[IZ]