DEPOK (Panjimas.com) – “Ibadah puasa yang telah kita lakukan sebulan lamanya, bukan hanya telah menghapus dosa-dosa yang telah kita lakukan, sehingga kita kembali pada ke fitrah, tetapi juga telah memberi pelajaran yang sangat berharga, baik dalam kontek hubungan manusia dengan Tuhan (hablum minallah) maupun dalam kontek hubngan manusia dengan manusia (hablum minannas).“
Hal itu disampaikan Khutbah Shalat ‘Ied yang disampaikan Ustadz Muhammad Yusuf di Masjid Raudhatul Iman di Jalan Wadas Raya, Pitara, Pancoranmas, Depok, Jawa Barat, Ahad (25/6).
“Melalui ibadah puasa Allah SWT ingin mengajarkan dan mendidik hamba-hamba-Nya agar memliki kesalehan individu (spiritual) dan sekaligus kesalehan sosial. Keduanya tidak dapat dipisahkan atau ditinggalakan salah satunya, karena keduanya satu-kesatuan yang memiliki hubungan fungsional, bagaikan matahari dengan sinarnya. Keduanya, prasyarat bagi terciptanya kesejahteraan, kebahagiaan dan kedamaian bagi setiap insan muslim,“ungkap Ustadz
Dikatakan Ustadz Yusuf, Ramadhan telah melatih mental kita dan membiasakan diri kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai amaliah yang bersifat mahdhah; seperti shalat tarawih, tadarrus al Qur’an, dzikir, i’tikaf dan amal ibadah lainnya. Dan, pada saat yang bersamaan Ramadhan telah melatih dan membiasakan diri kita untuk dapat membina hubungan dengan sesama manusia melalui berbagai amaliah yang bersifat sosial.
“Tidak ada yang dapat menjamin bahwa kita akan bertemu lagi dengan bulan yang penuh dengan berkah itu. Betapa banyak orang-orang yang kita kasihi dan kita sayangi, orang-orang tua kita, saudara, kerabat dan para tetangga.
Mereka yang dulu pernah bersama-sama dengan kita, masih terbayang senyuman mereka di pelupuk mata.”
“Selaku khatib, kami mewasiatkan kepada diri kami pribadi dan hadirin sekalian mengenai takwa. Marilah kita berusaha semaksimal mungkin untuk selalu melakukan ketaatan dan menghindari segala larangan Allah. Lebih dari 50 kali di dalam Al-Quran Allah berfirman “ittaqullâh”, bertakwalah kamu kepada Allah, bertakwalah kamu kepada Allah.”
Tujuan dari puasa, lanjutnya adalah menciptakan manusia yang bertaqwa.Dan kedudukan manusia di sisi Allah Swt diukur dari ketakwaannya. Allah berfirman: “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal”. (Qs. al-Hujurat [49]: 13).
Manusia dianggap mulia bukan karena hartanya, bukan karena jabatannya, bukan pula karena bentuk dan rupanya. Rasulullah Saw bersabda: “Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kamu dan tidak melihat kepada bentuk kamu, akan tetapi Allah melihat kepada hati dan perbuatan kamu”. (HR.Muslim).
Allah Swt bercerita tentang balasan yang telah Ia siapkan untuk orang-orang yang bertaqwa: “Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa”. (Qs. Al ‘Imran [3]: 33). (desastian)