SOLO (Panjimas.com) – Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS) menggelar kajian dan buka puasa bersama tokoh Muhammadiyah di Gedung Siti Walidah Lantai 7, Kampus UMS, Pabelan Kartosuro, Sukoharjo-Solo, Senin (19/6/2017).
Ketua Umum PP Muhammadiyah, Haedar Nashir, menyampaikan pasca momentum 212 umat Islam memiliki energi positif. Muhammadiyah kata dia, harus bisa menjaga dan membangun ukhuwah yang tidak gampang.
“Dasar ukhuwah itu iman, dan kita disuruh bertakwa, maka dengan saudara seiman harus saling memperkuat, tidak melemahkan. Marwah umat berada di kita sendiri. Orang mudah memecah belah umat karena ada potensi kita yang gampang dipecah belah, maka Muhammadiyah ukhuwah jangan dijual ditransaksikan,” katanya.
Lebih lanjut, Haedar menyampaikan soal kebangsaan bahwa pasca reformasi ada aturan hukum yang tidak pas. Muhammadiyah menurutnya sudah kurang akil balig secara poitik.
“Ketua MPR sekarang semacam ketua Koperasi saja, sehingga aspirasinya tidak sampai kepada pemerintah. Aspirasinya kalau cocok didengar nggak cocok ya nggak didengar,” ujarnya.
Dalam acara tersebut, sejumlah pengurus Pimpinan Pusat Muhammadiyah juga tampak hadir, di antaranya Busyro Muqqodas, Goodwill Zubir, Yunahar Ilyas, Agung Danarto dan Marpuji Ali.
Usai kajian dan buka puasa bersama, mereka melakukan konferensi pers terkait sikap Muhammadiyah dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Muhadjir Efendi, yang tak lain kader Muhammadiyah. [SY]