SOLO (Panjimas.com) – Pemerhati gerakan Islam, Ustadz Abdul Rohim Ba’asyir menyayangkan terjadinya pembubaran paksa dan penangkapan jamaah kajian bedah buku di Masjid Baiturrahim Cirebon, Ahad kemarin (18/6/2017) oleh Aparat Polisi dan ormas GMBI (Gerakan Masyarakat Bawah Indonesia).
Bahkan pembicara kajian, Ustadz Bernard Abdul Jabbar, aktivis anti pemurtadan ikut diciduk aparat Kepolisian bersama 25 jamaah yang ikut hadir dalam kajian tersebut.
“Saya sangat menyayangkan kejadian itu, penilaian provokatif ini kan masih relatif. Kalau buku itu dianggap provokasi ini sepihak dari aparat,” kata putra Ustadz Abu Bakar Ba’asyir itu pada Panjimas.com, Senin (19/6/2017).
Ustadz Iim sapaannya, menilai sikap berlebihan aparat Polisi yang membawa preman GMBI bentuk nyata provokasi terhadap umat Islam.
“Seharusnya acara bersifat ilmu dan wacana dibiarkan saja. Ini menunjukkan sikap berlebihan yang dilakukan aparat. Kenapa juga membawa preman GMBI, dengan demikian justru menjadi pembenar provokasi,” ucapnya.
Seharusnya tindakan aparat adalah meminimalisir kericuhan dan gesekan. Dengan kehadiran GMBI bersama aparat, Ustadz Iim mengaku hal ini justru memberikan penilaian negatif masyarakat terhadap Institusi kepolisian.
“Polisi itu mengeliminir tindakan masyarakat tapi kalau membawa preman GMBI ini memalukan,” tandasnya.
Dia menghimbau kepada umat Islam untuk berhati-hati dalam bertindak dan bersabar. Adanya pihak ketiga yang bermain harus diwaspadai supaya tidak dibenturkan dengan aparat.
“Umat Islam harus hati-hati, karena ada yang menunggangi aparat untuk provokasi dari pihak ketiga. Umat Islam harus bersabar, membalas itu ada waktunya. Sabar bukan berarti tidak melawan, tapi membalas dengan strategi yang tepat,” ungkapnya. [SY]