TATAOUINE, (Panjimas.com) – Pada hari Jumat (16/06), para pengunjuk rasa di Provinsi Tataouine, Selatan Tunisia dilaporkan mengakhiri aksi sit-in (pendudukan) yang telah berlangsung selama 6 pekan itu dengan imbalan janji pemerintah untuk menangani beberapa keluhan terkait tuntutan mereka.
Setelah perundingan selama satu hari, kesepakatan dicapai antara pejabat Tunisia dan ayah dari seorang pria muda Tunisia yang tewas dalam bentrokan baru-baru ini antara para pengunjuk rasa dengan pasukan keamanan di Distrik Al-Kamour, Tataouine yang bergolak.
Dalam kesepakatan tersebut, pejabat pemerintah berjanji untuk melanjutkan produksi minyak di wilayah tersebut dan memberi kesempatan pada pemuda setempat untuk mendapatkan lapangan kerja yang lebih luas di sektor produksi minyak, seperti dilansir Anadolu.
Selama beberapa bulan terakhir, Provinsi Tataouine selatan diguncang oleh aksi protes para pemuda Tunisia yang tidak puas, mereka menuntut lebih banyak kesempatan kerja dan upaya peningkatan pembangunan daerah.
Beberapa pekan terakhir ini telah terjadi bentrokan sporadis antara petugas keamanan dan para pengunjuk rasa, sehingga menyebabkan beberapa kematian dan korban luka-luka.
Rakyat Demo di Tambang Minyak, Presiden Kerahkan Tentara
Sebuah LSM hak asasi manusia Tunisia pada hari Kamis pertengahan bulan Mei lalu menuntut Presiden Tunisia bertanggung jawab karena mengerahkan militer dalam konflik sosial.
Forum Hak-hak Ekonomi dan Sosial Tunisia membuat pernyataan itu setelah Presiden Beji Caid Essebsi pada hari Rabu (10/05) memerintahkan tentara untuk melindungi tambang fosfat dan ladang minyak negara tersebut dari gerakan protes yang menurutnya “dapat mengganggu produksi”.
Pada konferensi pers hari Kamis (11/05), Abderrahman Hedhili, Ketua Forum Hak-hak Ekonomi dan Sosial Tunisia, memperingatkan bahwa tindakan presiden dapat menyebabkan “konsekuensi yang mengerikan”.
Perintah Essebsi untuk tentara, Hedhili mengaskan, dapat berfungsi untuk “memicu ketegangan sosial yang sudah ada sebelumnya” di Tunisia.
Menanggapi demonstrasi baru-baru ini terjadi di selatan negara itu, Presiden Essebsi menyatakan bahwa “tentara siap untuk melindungi bagian-bagian yang kaya akan minyak di negara ini”, dikutip dari World Bulletin.
“Saya tahu ini keputusan yang serius,” tandasnya. “Tapi itu salah satu yang harus dilakukan.”
Belhassan al-Waslati, juru bicara Kementerian Pertahanan, pada hari Rabu (11/05) mengatakan bahwa tentara “berkomitmen untuk menerapkan instruksi presiden”.
Beberapa pekan terakhir, ratusan pemuda Tunisia melakukan aksi pendudukan di dekat ladang minyak selatan negara itu untuk menuntut lebih banyak kesempatan kerja dan pengembangan teknologi Provinsi Tataouine yang kaya minyak.[IZ]