SINGAPURA (Panjimas.com) – Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan mengaku heran dengan perkembangan penyelidikan kasus penyiraman air keras yang menimpa dirinya. Hal itu disampaikan Novel kala diwawancarai media internasional, Time, di kamar sebuah rumah sakit di Singapura.
“Saya sebenarnya telah menerima informasi bahwa seorang jenderal kepolisian—level tinggi dari jajaran kepolisian—terlibat (dalam kasus penyiraman air keras). Awalnya, saya bilang itu informasi yang bisa jadi salah. Namun, kini sudah dua bulan lamanya dan kasus saya tak juga menemukan titik terang. Saya katakan, perasaan saya bahwa informasi itu bisa saja benar,” kata Novel Baswedan, seperti dikutip Time, Selasa (13/6).
Saat menemui awak media Time, Novel duduk di pinggiran tempat tidurnya dengan kondisi lesu. Perban dan pengaman masih membalut mukanya. Kedua matanya masih menjalani pengobatan intensif. Novel mengaku pandangan matanya sangat samar-samar.
Menurut Novel, siraman air keras itu merupakan serangan keenam kalinya yang pernah terjadi pada dirinya. Pada 2011 lalu, Novel menuturkan, sebuah mobil melaju dan memepetnya yang sedang mengemudikan sepeda motor.
Media Time menyebut Novel sebagai seorang penyidik KPK yang tidak pantang menyerah demi menjalankan tugas-tugasnya memerangi korupsi. Reputasi ini membuatnya menjadi target kekerasan dari pihak-pihak yang merasa dirugikan KPK.
“Saya tidak mau bersedih hati,” ujar Novel Baswedan dengan gelak tawa, “Kapanpun kita berkomitmen melawan (korupsi) demi rakyat, demi orang banyak, maka hasilnya kita bisa dimusuhi, diserang,” jelasnya.
Karena itu, Novel sangat berkeinginan untuk dapat kembali pulih sehingga bisa meneruskan pekerjaan-pekerjaannya di KPK. Saat diwawancari Time, Novel Baswedan ditemani ibundanya yang terus-menerus memberikan semangat kepada anak terkasihnya itu.
Novel Baswedan mengaku sudah tahu bahwa Presiden Jokowi menginstruksikan prioritas penyelidikan atas kasusnya. Dia berharap, Presiden mengevaluasi perkembangan penyelidikan kasus ini yang telah berjalan dua bulan lamanya tetapi belum mengungkapkan seorang pun tersangka.
“Jika ada seseorang di pemerintahan yang berjuang melawan korupsi, diserang berkali-kali, tetapi kasusnya tidak jelas-jelas juga, maka itu menjadi satu masalah buat negeri ini. Setelah saya, ke depannya siapa lagi (yang menjadi korban)?” [AW/ROL]