MAGELANG (Panjimas.com) – Namanya memang tidak dikenal, tetapi foto tato yang ditunjuk dengan tongkat Kapolres Rembang, AKBP Sugiarto menjadi viral di media sosial beberapa hari ini.
Sholikin, pemuda yang dulunya menjadi Preman Pasar di Magelang sehari-hari biasa mabuk dengan minuman keras. Memalak, merampas dan menodong siapa pun yang ditemui dipasar menjadi pekerjaannya.
Bertekad memperbaiki diri, kebiasaannya itu kini dia tinggalkan, dan memilih berhijrah menjadi orang yang sholeh. Sudah dua tahun lebih bergabung dengan bersama Front Pembela Islam (FPI) Magelang, Jawa Tengah (Jateng) untuk menimba ilmu agama Islam.
“Sebelum masuk ke FPI saya termasuk anak yang nakal, suka mabuk-mabukan, terus menjadi preman Pasar,” katanya, Senin (12/6/2017).
Namun perlakuan Kapolres Rembang yang melucuti pakaian dan atribut FPI saat akan menghadiri kajian di Pondok Al Anwar, Rembang, pada Jumat (9/6/2017) lalu, seakan mengungkit kembali massa kelamnya.
Dia merasa aib tersebut justru dibuka oleh Kapolres Rembang. Perbuatan dosa dan maksiat yang telah lama dia tinggalkan, selayaknya tidak diungkit kembali. Saat dihubungi Panjimas.com, dia mengaku bangga bergabung dengan FPI, karena menjadi wasilah taubatnya.
“Saya nggak terima dengan foto itu mas, semua itu kan khilaf. Sekarang Aku bangga jadi anggota FPI, dan aku senang jadi bagian dari FPI,” ujarnya lirih,
Sholikin sempat meyakini jika tato di tubuh adalah sebuah seni yang harus dihargai. Tapi setelah menyadari aturan agama Islam melarang menggambar tubuh semisal tato, dia merasa menyesal.
Lelaki yang sebentar lagi akan memiliki 2 anak ini pun ikut menjadi saksi mengadukan dugaan penyimpangan yang dilakukan Kapolres Rembang dan anggotanya ke Propam Jakarta.
“Ya ini kan seni, akhir-akhir ini setelah bergabung dengan FPI saya merasa malu dengan perbuatan saya dulu. Termasuk memiliki tato ini,” pungkasnya sambil tertawa lirih. [SY]