MARAWI, (Panjimas.com) – Pasukan Khusus AS dikerahkan dalam pertempuran untuk membasmi kelompok Islamis yang bersembunyi di sebuah kota di selatan Filipina, demikian menurut pernyataan pejabat keamanan pada hari Sabtu (10/06).
Ditengah pengerahan pasukan khusus AS ini, militer Filipina malah mengalami kekalahan saat 13 marinirnya dikabarkan tewas dalam pertempuran kota yang dahsyat.
Militer Filipina sebelumnya mengatakan pihak Amerika Serikat telah memberikan bantuan teknis untuk mengakhiri operasi pengepungan kota Marawi oleh pasukan Islamic State (IS), yang saat ini berada di pekan ketiga.
“Mereka [pasukan khusus AS] tidak berperang, mereka hanya memberikan dukungan teknis,” ujar juru bicara militer Letnan Kolonel Jo-Ar Herrera dalam sebuah konferensi pers di Kota Marawi, dikutip dari Reuters.
Pentagon, sebagaimana diketahui tidak memiliki basis militer permanen di Filipina namun selama bertahun-tahun telah mengirimkan 50 sampai 100 pasukan khusus di bagian selatan negara tersebut dalam rangka pelatihan serta rotasi.
Pentagon telah mengkonfirmasi bahwa pihaknya membantu militer Filipina di Marawi.
Dalam sebuah pernyataan Pentagon menyatakan pihaknya mengerahkan pasukan militer bantuan dan pelatihan keamanan di bidang intelijen, pengawasan dan pengintaian.
Pentagon juga mengerahkan pasukan tambahan berkisar antara 300 sampai 500 personil di negara tersebut untuk mendukung pelatihan dan kegiatan reguler, tanpa memberikan rincian lebih lanjut.
Berbicara dengan syarat anonim, pejabat AS mengatakan bahwa dukungan militer dan intelijen tersebut mencakup pengawasan dan penargetan udara, penyadapan elektronik, bantuan komunikasi dan pelatihan.
Sementara itu, dilaporkan sebuah pesawat pengintai Orion P-3 AS tampak terbang di atas kota Marawi pada hari Jumat (09/06), menurut laporan media.
“Tidak ada partisipasi AS langsung dalam pertempuran, hal ini dilarang oleh Undang-Undang Filipina, meskipun pasukan kami terlibat dalam pelatihan militer Filipina, dan diberi wewenang untuk membela diri,” tandas seorang pejabat keamanan AS.
Kerja sama antara sekutu lama kami sangat penting karena Presiden Filipina Rodrigo Duterte, yang berkuasa setahun yang lalu, telah mengambil sikap bermusuhan terhadap Washington dan telah bersumpah untuk mengusir instruktur dan penasihat militer AS dari negaranya.
Pengambilalihan kota Marawi pada tanggal 23 Mei membuat negara-negara Asia Tenggara khawatir bahwa Islamic State (IS) yang mengalami kemunduran di Suriah dan Irak – akan membangun sebuah benteng di pulau Mindanao Filipina yang dapat mengancam seluruh wilayah Asia Tenggara.
Sekitar 40 militan asing telah bertempur bersama militan Filipina di Kota Marawi, kebanyakan dari Indonesia dan Malaysia, meskipun beberapa dilaporkan berasal dari Timur Tengah.
Militer Filipina mengalami kerugian terbesar selama satu hari pada hari Jumat (09/06) sejak 10 tentara tewas dalam insiden baku tembak pada 1 Juni.
Letnan Kolonel Jo-Ar Herrera mengatakan 13 marinir yang melakukan operasi militer tewas setelah baku tembak dari “rumah-ke-rumah” yang intens dan pasukan terkena Alat peledak rakitan serta diserang oleh granat berpeluncur roket.
Kematian tersebut menyebabkan jumlah pasukan keamanan Filipina yang terbunuh meningkat menjadi 58 jiwa, dengan 20 warga sipil dan lebih dari 100 militan terbunuh dalam pertempuran Marawi.
Mindanao telah lama menjadi markas perjuangan dan pergerakan Islam di Filipina: tetapi sekarang, para pejuang Islam dari Malaysia, Indonesia dan negara-negara lainnya berkumpul di Mindanao.
Hal ini memicu kekhawatiran bahwa situasi semacam ini bisa mengarahkan Mindanao menjadi benteng regional Islamic State (IS).
Lebih dari 90 persen dari 100 juta penduduk Filipina adalah umat Kristen, tapi di Mindanao, umat Muslim menjadi mayoritas.
Pada tahun 1980, Marawi memproklamasikan dirinya sebagai “Islamic City” [Kota Islam] dan satu-satunya kota di negara ini dengan sebutan itu.[IZ]