KABUL, (Panjimas.com) – Gulbuddin Hekmatyar, Ketua Partai Hezb-e-Islami, baru-baru ini menuding “beberapa negara-negara regional” telah memicu konflik di Afghanistan, pernyataan ini ia sampaikan dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Anadolu.
Namun Hekmatyar tetap berharap tentang proses perdamaian yang masih terus dirajut di Afghanistan
Ini adalah pertama kalinya Hekmatyar memberikan audiensi pribadi ke sebuah outlet media asing, sejak kembali ke ibukota Kabul di bawah kesepakatan damai dengan pemerintah pimpinan Presiden Mohammad Ashraf Ghani.
Kesepakatan perdamaian yang ditandatangani pada bulan September tahun lalu telah banyak dipuji oleh masyarakat internasional.
Gulbuddin Hekmatyar merupakan Tokoh jihad Afghanistan yang ikonik dan populer, ia kembali ke Kabul bulan lalu, setelah selama hampir 20 tahun, dirinya melarikan diri dari negara tersebut selama masa peperangan saudara yang brutal.
Salah satu hal pertama yang dilakukan pemimpin partai berusia 69 tahun itu setelah kembali ke Kabul, adalah untuk mendorong para islamis di Afghanistan untuk belajar dari teladannya dan berjalan di jalan menuju perdamaian.
Dalam pidatonya di Istana Kepresidenan dimana Presiden Ashraf Ghani telah mengatur sebuah acara penyambutan tingkat tinggi untuknya, Hekmatyar menawarkan kepada para kelompok mujahidin bahwa dia dapat bertindak sebagai mediator antara mereka dan pemerintah.
Namun, beberapa kelompok islamis sejauh ini tidak menanggapi gagasan tersebut dan dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada 15 Mei, Taliban menolak laporan tentang kontak dengan Hezb-e-Islami.
The Hezb-e-Islami chief, who now resides at a government-sanctioned compound close to the parliament building in Kabul, said in Dari language that he had no power grabbing ambitions. He reiterated that he had no desire to challenge, strive for a change or ask for a share in the current Afghan government.
He was optimistic about prospects for a lasting peace deal in Afghanistan that would involve all sides, including the extremists.
Ketua Hezb-e-Islami, yang sekarang tinggal di sebuah kompleks dengan sanksi pemerintah, tempat tinggalnya berdekatan gedung Parlemen di Kabul. Ia mengatakan dalam bahasanya bahwa dirinya tidak memiliki ambisi merebut kekuasaan. Hekmatyar mengulangi bahwa dia tidak memiliki keinginan untuk menantang, mendorng revolusi perubahan atau menuntut bagian dari pemerintah Afghanistan saat ini.
Hekmatyar tetap optimis tentang prospek kesepakatan damai di Afghanistan yang melibatkan semua pihak, termasuk Taliban.[IZ]