MOSKOW, (Panjimas.com) – Rusia pada hari Rabu (07/06) membantah keras tuduhan bahwa para hacker Rusia membantu memicu krisis diplomatik Qatar dengan negara-negara Teluk Arab. Bantahan Moskow ini dirilis setelah media AS, CNN melaporkan bahwa para pejabat Washington menuding hacker Rusia telah menerbitkan sebuah berita palsu.
“Apapun yang terjadi, itu adalah para hacker (peretas). Ini adalah klaim basi dan karena sebelumnya tidak ada bukti, dan kesimpulan ditarik sebelum kejadian tersebut diselidiki,” pungkasnya, dikutip dari AFP.
CNN melaporkan pada hari Selasa (06/06) bahwa pejabat intelijen AS percaya bahwa hacker Rusia menanamkan sebuah berita palsu yang menyebabkan Arab Saudi dan beberapa sekutunya memutuskan hubungan diplomatik dengan Qatar.
Pakar FBI mengunjungi Qatar pada akhir Mei untuk menganalisis dugaan pelanggaran cyber yang membuat para peretas menempatkan berita palsu tersebut di kantor berita negara Qatar, kata penyiar CNN.
Laporan tersebut mencakup komentar-komentar dari penguasa Emirat yang tampak ramah terhadap Israel dan Iran dan meragukan berapa lama lagi Presiden AS Donald Trump akan tetap menjabat.
Arab Saudi kemudian mengutip berita palsu tersebut sebagai alasan untuk menerapkan blokade diplomatik dan ekonomi melawan Qatar, kata laporan tersebut.
Para peretas Rusia saat ini menjadi pusat perhatian internasional setelah tuduhan bahwa Kremlin meluncurkan serangan cyber yang bertujuan untuk mengubah hasil pemungutan suara presiden AS tahun lalu.
Moskow berulang kali membantah, bahwa pihaknya di balik serangan hacking terhadap AS dan serangkaian pelanggaran cyber lainnya yang diduga terjadi di luar negeri.[IZ]