JEDDAH, (Panjimas.com) – Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) Dr. Yousef Al-Othaimeen menekankan solidaritas OKI dan dukungan penuhnya untuk komunitas Muslim Sri Lanka melawan kecenderungan meningkatnya kekerasan yang dihasut oleh ekstremis Buddha yang terjadi di wilayah itu, sehingga menebar rasa ketakutan dan ketidakpercayaan di antara penduduk.
Sekjen OKI mengungkapkan bahwa laporan serangan terhadap rumah, bisnis, dan Masjid milik umat Islam di Srilanka sangat memprihatinkan dan sangat disesalkan OKI.
Sementara itu, OKI juga menyerukan agar pemerintah menjaga hubungan yang tenang dan damai di antara masyarakat.
Dr. Al-Othaimeen mendesak pihak berwenang untuk menegakkan peraturan undang-undang, serta menyelidiki insiden tersebut dan membawa pelaku ke pengadilan.
Dia mencatat bahwa komunitas Muslim di Sri Lanka telah hadir sangat lama di negara ini, sebuah tradisi hidup dalam kedamaian dan keharmonisan telah terjalin erat dengan rekan-rekan mereka dari agama lain.
Lebih lanjut Al-Othaimeen menuturkan umat Islam Sri Lanka berkontribusi besar terhadap kehidupan budaya dan ekonomi negara ini secara keseluruhan.
Rentetan Serangan Anti-Muslim
Kelompok HAM akhir Mei lalu menuding Kepolisian Sri Lanka (24/05) gagal menghentikan gelombang kejahatan kebencian terhadap usaha dan aset bisnis milik Muslim serta gagal melindungi Masjid-Masjid dari sasaran kejahatan di negara yang mayoritas memeluk ajaran Buddha itu.
Serangan-serangan kebencian terhadap muslim itu berupa pembakaran toko-toko Muslim, Masjid, dan area pemakaman Muslim
Aktivis Victor Ivan mengatakan bahwa kelambanan tersebut berisiko mengulangi kerusuhan anti-Muslim pada tahun 2014 yang menyebabkan 4 orang tewas.
“Polisi bertanggung jawab membiarkan situasi ini berlanjut dengan tidak melakukan tindakan terhadap pelaku,” kata Ivan kepada wartawan di Kolombo, dikutip dari AFP.
Ivan menambahkan bahwa kelompok ekstremis Buddha diyakini berada di balik kekerasan tersebut.
Sejauh ini kerugian aksi serangan anti-Muslim ini masih berupa kerusakan properti dalam serentetan serangan terbaru.
Pemerintah mengatakan pada hari Rabu (24/05) bahwa kekerasan tersebut telah ditangani dalam sebuah rapat kabinet, bersama aparat polisi dan pasukan keamanan yang diperintahkan untuk menegakkan hukum dan memelihara ketertiban.
“Presiden mengarahkan Inspektur Jenderal Polisi untuk menginstruksikan semua petugas yang bertanggung jawab atas kantor polisi untuk bertanggung jawab mencegah insiden semacam itu,” kata pemerintah dalam sebuah pernyataan.
Kerusuhan anti-Muslim pada pertengahan 2014 – yang dipimpin oleh kelompok Buddha garis keras – secara luas dipandang sebagai katalisator [pemicu] yang menyebabkan kejatuhan Presiden Mahinda Rajapakse pada bulan Januari 2015.
Muslim Srilanka hanya menyumbangkan 10 persen dari total 21 juta penduduk Sri Lanka.
Biksu Ektrimis Budha Gnanasara
Kepolisian Sri Lanka melancarkan operasi pemburuan besar-besaran akhir Mei lalu untuk menahan seorang Biksu ektrimis Budha yang kontroversial yang dicari sehubungan dengan serentetan serangan terhadap Masjid dan bisnis milik Muslim, seperti dilansir Shanghai Daily.
Partainya dituduh menghasut gelombang baru serangan kebencian terhadap minoritas Muslim di negara tersebut.
Sumber-sumber polisi mengatakan bahwa mereka telah menerima lebih dari belasan keluhan tentang ucapan kebencian terhadap Gnanasara, yang telah menghadapi beberapa tuntutan karena menyebabkan gangguan di dalam pengadilan.
Pihaknya [BBS] membantah mengatur rentetan serangan terhadap Muslim Srilanka.
Serangan-serangan kebencian terhadap muslim itu berupa pembakaran toko-toko Muslim, Masjid, dan area pemakaman Muslim
BBS dituduh menghasut kerusuhan agama pada pertengahan 2014 yang menyebabkan 4 orang tewas, namun pemerintah mantan Presiden Mahinda Rajapakse yang berkuasa sebelumnya tidak menuntutnya dan memproses hukum BBS.
BBS “Bodu Bala Sena”
Galagoda Atte Gnanasara adalah pemimpin “Bodu Bala Sena” (Laskar Buddha), sebuah organisasi monastik yang telah berkembang karena reputasi dan menjadi semakin populer di negara yang berpenduduk sekitar 20 juta jiwa (75 persen beragama Buddha).
Menurut laporan TRAC (Terrorism Research and Analysis Consortium), BBS merupakan organisasi ektrimis dan radikal Buddha, berhaluan nasionalis.
Kader BBS merupakan penganut Buddha Sinhala berbasis di Kolombo, Sri Lanka.
Bodu Bala Sena dibentuk pada tahun 2012, dengan tujuan menegakkan domimasi Budhha di Srilanka
BBS telah menyelenggarakan berbagai macam kampanye menentang komunitas minoritas Muslim dan Kristen di negara tersebut.
Bagi BBS minoritas Muslim dan Kristen, merupakan ancaman bagi keberlangsungan identitas Buddha di Sri Lanka.
BBS terlibat dalam berbagai pidato kebencian dan serangan terhadap agama minoritas, terutama Muslim, yang terbaru berupa pembakaran toko-toko Muslim, Masjid, dan area pemakaman Muslim.
Kantor pusatnya berlokasi di Sri Sambuddha Jayanthi Mandira di Kolombo.
Sri Sambuddha Jayanthi Mandira ini dimiliki oleh Buddhist Cultural Centre, sebuah organisasi yang didirikan oleh Kirama Wimalajothi.
Untuk diketahui, identitas Etnik dan agama saling terkait erat di Sri Lanka, dengan mayoritas penduduk Sinhala yang sebagian besar memeluk Budha.
Sementara orang Tamil kebanyakan beragama Hindu, dan umat Islam dianggap sebagai kelompok etnis yang terpisah.[IZ]