SOLO (Panjimas.com) – Konsultan keluarga, Ustadz Tri Asmoro saat menjadi pembicara di kajian Tarawih 1 Juz di Masjid Istiqlal, Sumber Krajan, Banjarsari, Solo, mengatakan bahwa prestasi bukan karena berhasil di dunia tetapi sekeluarga bisa masuk Surga.
Ustadz Tri menerangkan Ayat keluarga yang sakinah pada surat At Tahrim ayat 6, menuntut keberhasilan seorang laki-laki mendidik dirinya sendiri sebelum keluarganya. Sedang wanita jangan menerima laki-laki yang tidak bisa jadi pemimpin.
“Wahai orang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api Neraka. Jadi perbaikan dari diri sendiri, baru keluargamu, maka ini menjadi pribadi yang mencontoh bukan menyuruh,”
Menjadikan keluarga masuk surga, kepala rumah tangga harus cerdas memastikan anak dan istri melakukan perintah Allah dan menghindarkan kemaksiatan terhadap Allah. Kata Ustadz Tri, kecerdasan paling baik mengingat mati, untuk mengontrol nafsu, siap menunggu panenannya nanti. Maksudnya adalah diakhir kehidupan mendapatkan Surga.
“Silahkan lakukan apapun, intinya anda melakukan perintah Allah. Istri dan anakmu nanti bisa meninggalkan larangan Allah. Kasus apakah di akhir ada Surga tadi, ternyata membuat kita sadar. Cah krudungan pinter ki tibake yo ra percoyo akhirat, ono (Anak berkerudung pintar itu ternyata ya tidak percaya akhirat ada),” ujarnya.
Konsep mendidik keluarga diatas hukum Allah membutuhkan proses lama. Ustadz Tri menjelaskan prestasi dimata manusia jauh berbeda dengan ukuran akhirat. Mendapatkan nilai ujian baik, berhasil bertemu Presiden, memenangkan perlombaan hanyalah bentuk prestasi didunia.
“Bisa tidak mau diboncengkan laki-laki yang bukan siapa-siapa itu prestasi, bisa tidak nyontek ujian itu prestasi. Jadi beda cara mengukur prestasi, karena kita tujuannya masuk Surga,” ucapnya.
Ustadz Tri menilai bahwa menjiplak karya orang lain bukanlah prestasi, justru bentuk cacat moral dan intelektual. Sebagaimana kasus yang baru hangat Afi Niayah yang telah viral di media sosial.
“Makanya jadi orang harus sesuai dalil jangan umumnya orang. Apalagi menyontek, plagiat. Saya juga penulis, haram bagi saya meniru tulisan orang lain. Jiplak itu cacat moral cacat intelektual,” tutupnya. [SY]