JAKARTA (Panjimas.com) – Enam negara yang meliputi Bahrain, Arab Saudi, Uni Emirat Arab (UEA), Yaman, Mesir, serta Libya Wilayah Timur memutus hubungan dengan Qatar, karena menganggap negara itu mendukung Iran dan terorisme.
Bahrain, Arab Saudi, dan UEA juga menutup semua wilayah udara, laut, serta darat untuk kendaraan yang berasal dari Qatar. Blokade itulah yang memicu kecemasan di Indonesia. Sebab, banyak jamaah umrah yang menggunakan Qatar Airways.
Untuk keberangkatan umrah kemarin (7/6) dan selanjutnya, Wakil Ketua Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji Khusus (Himpuh) Muharom Ahmad mengatakan, bahwa Qatar Airways memberikan beberapa opsi. Yaitu, pengalihan ke maskapai lain atau pengembalian uang (refund). Muharom menjelaskan, Qatar Airways menjanjikan pengembalian uang secepatnya.
Muharom mengatakan, hampir seluruh biro travel umrah memilih mekanisme pengembalian uang. ”Lebih baik kami pesan sendiri ke maskapai lainnya,” tuturnya. Dia menjelaskan, pengelola travel tidak ingin mengambil risiko dengan mengandalkan upaya dari Qatar
Sementara itu, Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi di Jakarta, (6/6) mengatakan, kecemasan bahwa jamaah umrah Indonesia bakal telantar menyusul krisis diplomatik di Qatar tak terbukti. Pemindahan ratusan penumpang ke maskapai lain berjalan lancar. Baik dari Jakarta ke Tanah Suci maupun sebaliknya. ”Kemarin (Senin, 5/6) dipindahkan ke Saudi (Arabian Airlines). Yang hari ini (kemarin) dipindahkan ke Garuda (Indonesia),” kata Menhub,
Begitu pula, penerbangan jamaah umrah dari Arab Saudi. Dari Qatar Airways, sudah disepakati jamaah dipindahkan ke Garuda Indonesia, Saudi Arabian Airlines, dan Turkish Airlines. ”Nggak ada (penambahan biaya, Red). Qatar (Airways) konsisten (bertanggung jawab),” tambahnya.
Tapi, di sisi lain, Indonesia masih terancam terkena dampak lain dari dikucilkannya Qatar oleh enam negara Arab. Menteri Pariwisata Arief Yahya menuturkan, Indonesia berpotensi kehilangan ratusan ribu penumpang Qatar Airways dari negara-negara Timur Tengah. ’’Mayoritas adalah wisatawan mancanegara (wisman),” terang Arief di kompleks istana kepresidenan kemarin.
Menurut Arief, bila dihitung tujuh bulan ke depan, mengacu jumlah kunjungan tahun lalu, Indonesia akan kehilangan sekitar 49 ribu wisman penumpang Qatar Airways. Selebihnya adalah pengunjung nonwisatawan.
Arief menjelaskan, para wisatawan itu tidak hanya berasal dari Qatar. Justru yang terbanyak berasal dari negara-negara tetangga seperti Arab Saudi dan UEA. ”Kalau dari Qatar sekitar 10 ribu wisatawan per tahun,” lanjutnya.
Karena itu, Kemenpar kini berencana mengantisipasi dengan cara memindahkan lisensi untuk Qatar Airways ke maskapai terdekat. Misalnya Emirates dan Etihad. Arief menyatakan bakal segera berbicara dengan Menhub soal urusan teknisnya.
”Kalau tidak, kita bisa rugi. Sebanyak 100 ribu (wisatawan, Red) itu besar,” tambahnya.
Menhub Budi Karya Sumadi menyatakan setuju atas rencana itu. Sebab, bagaimanapun, harus segera ada substitusi penerbangan. ”Ini sifatnya sementara karena Qatar sendiri juga memberikan kontribusi banyak. Kalau teryata ada pemulihan, mungkin kita juga memikirkan untuk diberikan kembali,” tambahnya. (desastian)