MELBOURNE, (Panjimas.com) – Islamic State (IS) pada Senin malam (05/06) mengaku bertanggung jawab atas sebuah serangan di Melbourne, Australia.
Menurut kelompok intelijen SITE, pernyataan Islamic State (IS) datang melalui rilis Kantor Berita Amaq.
Melalui Amaq, Islamic State (IS) mengumumkan bahwa pelaku penyerangan Melbourne adalah salah satu “tentara” nya.
“Serangan di Melbourne, Australia dilakukan oleh seorang tentara Islamic State (IS) untuk menanggapi seruan untuk menargetkan subyek koalisi [sekutu AS],” menurut kantor berita Amaq. Mengutip laporan NZ Herald.
Insiden tersebut terjadi pada hari Senin (05/06), ketika Polisi Australia menanggapi laporan sebuah ledakan bom di sebuah blok apartemen di pinggiran kota Brighton.
Setibanya di tempat kejadian, mereka menemukan mayat seorang pria di foyer, sebelum menembaki seorang pria kedua yang telah mencuik seorang wanita sandera di salah satu apartemen.
Pengepungan berakhir ketika tersangka keluar dari kompleks apartemen dan melepaskan tembakan.
Wanita itu lolos dengan selamat, namun 3 petugas polisi mengalami luka-luka akibat tembakan senjata.
Polisi membalas tembakan dan akhirnya membunuh pelaku serangan Brighton itu.
Pria bersenjata berada di tengah situasi mematikan, dan ia sedang diselidiki karena terkait jaringan teror dan polisi menduga ia berkaitan dengan plot teror Holsworthy.
Seven Network menerima telepon di ruang berita Melbourne pada pukul 05.41 waktu setempat (05/06) dari seorang wanita yang mengatakan bahwa dia berada dalam situasi penyanderaan sebelum kemudian seorang pria datang berbicara dengan mengatakan “Ini untuk ISIS, ini untuk al-Qaeda”.
Wakil Komisaris Andrew Crisp mengatakan kepada wartawan bahwa terorisme diduga merupakan salah satu “motif yang diselidiki” namun dugaan itu masih terlalu dini.
Victoria Premier, Daniel Andrews dan Komisaris Polisi Graham Ashton akan mengadakan konferensi pers selasa pagi ini untuk mengatasi kekhawatiran akan adanya hubungan teror.
Polisi Victoria belum mengidentifikasi pria tersebut, yang ditembak mati dalam baku tembak dengan polisi di lokasi kejadian di Brighton. Namun sumber mengatakan kepada Herald Sun bahwa dia dinilai sebagai “orang yang berisiko rendah” oleh unit polisi anti-teror.
Pejabat Australia semakin khawatir terhadap ancaman serangan di negaranya.
Tingkat ancaman teror di Australia meningkat pada bulan September 2014.
Pada bulan yang sama, Australia menahan 15 tersangka dari sel jaringan Islamic State (IS) yang berencana memenggal kepala warga masyarakat secara acak dalam sebuah kampanye teror, dikutip dari Arutz Sheva.
Pada bulan Desember, polisi di Australia menangkap 7 tersangka yang diduga merencanakan serangkaian serangan bom di jantung kota Melbourne pada Hari Natal dan terinspirasi oleh pola operasi Islamic State (IS).[IZ]