SANA’A, (Panjimas.com) – Ledakan bom terdengar dari sebuah pasar di Yaman utara, pada Kamis malam (01/06), seperti dilansir Reuters.
Serangan bom ini menewaskan 6 warga sipil dan melukai 15 korban lainnya, demikian menurut pejabat keamanan setempat.
Pelaku memasang sebuah alat peledak rakitan di sebuah pasar di al-Hazm timur laut ibukota Sana’a, ditengah keramaian warga yang berbelanja selama bulan suci Ramadhan, ujar seorang pejabat keamanan, yang berbicara secara anonim.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab langsung.
Sementara itu motif serangan tersebut masih belum jelas.
Sebagaimana diketahui, Al Qaeda dan Islamic State telah beroperasi di Yaman selama lebih dari dua tahun konflik ini berjalan, yang juga melibatkan pemerintahan Hadi, didukung oleh koalisi militer yang dipimpin oleh Saudi, dan milisi Syiah Houthi yang didukung Iran.
Yaman yang kini menjadi negara miskin, tetap berada dalam keadaan kacau sejak tahun 2014, ketika milisi Syiah Houthi dan sekutunya menguasai ibukota Sanaa dan bagian-bagian lain negara ini.
Sejak Maret 2015, koalisi interansional yang dipimpin Saudi telah memerangi pemberontak Syiah Houthi yang disokong rezim Iran dan pasukan-pasukan yang setia kepada mantan Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh, Arab Saudi dan sekutu-sekutu negara Muslim Sunni meluncurkan kampanye militer besar-besaran yang bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan yang diakui secara internasional dibawah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi.
Arab Saudi dan para sekutunya melihat milisi Houthi sebagai proxy kekuatan Iran di dunia Arab. Koalisi militer Arab yang dipimpin oleh Saudi di Yaman terdiri dari Koalisi 10 negara yakni Arab Saudi, Kuwait, Uni Emirat Arab, Qatar, Bahrain, Yordania, Mesir, Maroko, Sudan, dan Pakistan.
Menurut pejabat PBB, lebih dari 10.000 warga Yaman telah tewas akibat konflik berkepanjangan ini, sementara itu lebih dari 11 persen dari jumlah penduduk negara itu terpaksa mengungsi, sebagai akibat langsung dari pertempuran yang tak kunjung usai. Untuk diketahui, lebih dari setengah total korban adalah warga sipil. sementara 3 juta lainnya diperkirakan terpaksa mengungsi, di tengah penyebaran malnutrisi dan penyakit.[IZ]