JAKARTA (Panjimas.com) – Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyah, Dahnil A Simanjuntak, mengatakan, rokok telah memperlebar kesenjangan ekonomi, ancaman paling serius bagi Indonesia melebihi ancaman yang lain.
“Badan Pusat Statistik (BPS) telah menyatakan rokok menjadi salah satu determinasi kemiskinan dan penentu inflasi. Ini berbahaya bagi kesenjangan ekonomi kita,” kata dia, dalam jumpa pers menyambut Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2017, di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, rokok itu salah satu kontributor kesenjangan ekonomi. Konsumen rokok terbesar di Indonesia adalah orang-orang dari kelompok rumah tangga miskin.
“Saat itu BLT dari pemerintah Rp300.000. Apabila BLT itu diambil suami yang perokok, hanya diberikan kepada keluarganya Rp200.000 karena digunakan membeli rokok terlebih dahulu. Hal itu tidak terjadi bila BLT diambil istri,” tuturnya.
Pada akhirnya, yang menjadi korban dari perilaku merokok adalah anak dan perempuan yang ada di rumah. Belum lagi dampak dari asap rokok yang mereka hirup saat suami merokok di dalam rumah.
“Pemilik pabrik rokok yang senantiasa masuk dalam jajaran orang terkaya di Indonesia, menikmati keuntungan dari orang miskin. Sementara mereka yang miskin akan tetap miskin, bahkan menjadi beban jaminan kesehatan yang diberikan negara,” katanya. [AW/Antara]