ZAMBOANGA CITY, (Panjimas.com) – Pasukan pemerintah mengklaim telah menguasai kota Marawi sepenuhnya dan pertempuran dengan kelompok Maute terkait Islamic State (IS) akan segera berakhir, demikian pernyataan juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina, Senin (29/05).
“Pasukan kami berada dalam kendali penuh atas kota [Marawi], kecuali daerah-daerah tertentu yang terus mereka tempati. Ini adalah operasi pembersihan yang terus-menerus dilakukan,” kata Brigadir. Jenderal Restituto Padilla Jr. seperti dikutip oleh GMA News.
“Kami berada dalam kendali penuh, ini artinya bahwa kami dapat mengendalikan siapa yang masuk dan siapa yang keluar, siapa yang bergerak dan siapa yang tidak. Dan kami mencoba untuk mengisolasi semua kantong-kantong perlawanan yang tersisa ini,” kata Brigjen. Padilla.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina tersebut menambahkan bahwa militer berusaha untuk “mengakhiri ini sesegera mungkin” walaupun mereka tidak memiliki garis waktu.
“Komandan lapangan kami telah memastikan bahwa hasilnya hampir tercapai. Jadi, kami berharap mendapatkan hasil yang jelas,” tandasnya.
Dalam sebuah wawancara dengan Radio DZMM pada hari Senin (29/05), juru bicara militer lainnya, Kolonel Edgar Arevalo, mengatakan bahwa korban setelah tujuh hari pertempuran, termasuk diantaranya 61 gerilyawan Maute, 20 tentara pemerintah dan 19 warga sipil.
Kol. Arevalo menekankan bahwa pemulihan korban bukan prioritas pemerintah, karena militer berfokus pada penyelamatan warga sipil dan operasi yang terkait dengan ancaman teror.
Sementara itu, kota Iligan, yang terletak sekitar 38 kilometer (23 mil) dari Marawi, dalam kondisi terblokade pada hari Senin, di tengah laporan bahwa gerilyawan Maute menyamar saat warga sipil bergabung dengan para pengungsi tersebut.
Kolonel Alex Aduca, Komandan Batalyon Infanteri Mekanik ke-4 Angkatan Darat, mengatakan dalam sebuah wawancara telepon dengan Radio DZMM bahwa pengungsi tersebut akan ditolak masuk ke Iligan dan kemudian dikirim ke “area konsolidasi dan pengolahan” di kota Matungao dan Tagoloan, di mana mereka akan diberikan layanan dasar, seperti logistik dan kesehatan.
Presiden Rodrigo Duterte menerapkan status darurat militer di seluruh pulau Mindanao bagian selatan pada tanggal 23 Mei, menyusul bentrokan Selasa antara pasukan pemerintah dan kelompok Maute terkait Islamic State (IS) di kota Marawi.[IZ]