YOGYAKARTA (Panjimas.com) – Tablig Akbar Kampoeng Ramadhan Jogokariyan di Masjid Jogokariyan, Mantrijeron, Yogyakarta diikuti ribuan peserta. Mereka tumpah ruah di sepanjang jalan Jogokariyan hampir 500 meter, Ahad (28/5/2017).
Sebagai pembicara, Takmir Masjid Jogokariyan mengundang Ustadz Bachtiar Nasir, ketua GNPF mUI (Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia), Ustadz Fahri Hamzah, wakil ketua DPR RI, Ustadz Ismail Yusanto, (juru bicara Hizbut Tahrir Indonesia), dan Ustadz IrfanS Awwas, ketua Majelis Mujahidin Indonesia.
Sempat ada himbauan dari panitia tablig akbar, bahwa Polisi melarang jamaah menyiarkan kajian tersebut secara video livestreaming, baik dari panitia maupun akun pribadi masing-masing jamaah. Selain itu, usai membaca ayat suci Al Quran, jamaah diminta berdiri guna menyanyikan lagu Indonesia Raya.
“Mohon maaf, kita diminta oleh aparat untuk tidak menyiarkan video livestreaming. Dan kami tidak bertanggung jawab kepada jamaah yang livestreaming dengan akun pribadi,” ujar panitia didepan jamaah lewat pengeras suara.
H.MuhammadJazir ASP, ketua takmir Masjid Jogokariyan, dalam kesempatan tersebut memberikan kenangan topi khas Yogyakarta“Blangkon” kepada para Ustadz yang hadir di Kampoeng Ramadhan Jogokariyan.Dia mengatakan tema tabligh akbar ini adalah Umat Islam Benteng NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia).
“Identitas ke depan adalah Indonesia dan Islam. Kenapa Bung Karno memilih tanggal 17, beliau menjawab karena 17 angka keramat, 17 Ramadhan hari turunnya Al Quran. Maka Negara ini menjadi tanggung jawab umat Islam semuanya,” katanya.
Kesempatan pertama sebagai pembicara, Ustadz Ismail Yusanto menyampaikan bahwa di dunia hanya ada dua golongan yakni ashabulyamin(golongan kanan) dan ashabulsyimal (golongan kiri). Untuk menjadi golongan kanan kuncinya hanyalah ibadah.
“Kita tentu tidak ingin menjadi ashabulsyimal, golongan kiri, karena akan disiksa di Neraka. Apa yang menjadikan kita di golongan kanan atau ashabulyamin. Hanya satu yakni ketika kita bisa menjalankan satu perintah Allah yakni ibadah. Apa ibadah, ketika kita taat kepada syariah Allah, taat kepada syariah Islam,” ujarnya. (SY)