JAKARTA (Panjimas.com) – Dari sebelas fakta dan kejanggalan yang disebutkan Tim Jonru Media Center terkait kabar Pengusiran Jonru dari pelabuhan Lorens Say, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Jum’at (26/5) lalu, ada beberapa dugaan kuat, insiden pengusiran tersebut hanyalah upaya untuk cari sensasi, rekayasa provokator dari luar Maumere yang hendak menciptakan framing negatif tertentu terhadap Jonru.
“Ada pihak yang hendak memblow up insiden pengusiran di media tertentu. Mungkin maksud mereka adalah untuk cari muka pada pemerintah pusat,” ungkap Tim Jonru Media Center dalam press release yang diterima Panjimas.
Kemudian, orang-orang yang mengusir Jonru dipastikan bukan representasi dari warga Maumere, sebab jumlah mereka hanya 2 atau 4 orang. Lagipula, warga Maumere dikenal sangat cinta damai, penuh toleransi dan tidak mudah terprovokasi oleh isu-isu yang tidak jelas. Perilaku para pengusir sama sekali tidak sesuai dengan karakter tersebut.
“Si provokator hendak membunuh karakter Jonru, karena selama ini mereka merasa terganggu oleh tulisan-tulisan Jonru di media sosial yang berhasil menelanjangi berbagai macam pencitraan palsu dan kebobrokan rezim ini.”
Sang provokator, lanjut Tim Jonru Media Center, hendak mengganggu stabilitas keamanan di NKRI, mengadu domba dan memprovokasi antargolongan masyarakat. Ini terlihat dari indikasi banyaknya beredar isu yang tidak jelas dan jauh dari fakta kebenaran.
Sekadar info, berikut adalah jadwal Jonru dan tim Akrom Foundation di Nusa Tenggara Timur: Pada tanggal 22 Mei 2017 malam, berangkat dari Jakarta ke Kupang, menginap di Pesantren Hidayatullah Kupang.
Pada tanggal 23 Mei 2017 seusai Shubuh, Jonru berangkat dari Kupang untuk menyalurkan bantuan logistik Ramadhan bagi para mualaf di pedalaman kabupaten Timor Tengah Selatan. Program ini adalah hasil kerjasama antara Akrom Fundation dengan Baitul Maal Hidayatullah Kupang. Kedua lembaga ini adalah yayasan resmi dan berbadan hukum.
Lanjut, pada tanggal 24 Mei 2017 jam 1.30 dinihari, tiba kembali di Kupang. Seusai subuh, berangkat ke Maumere, dan setelah itu langsung berangkat lagi ke Pulau Pemana yang letaknya di sebelah utara Maumere. Dengan kata lain, Jonru dan timnya hanya transit di Maumere, sebab tidak ada transportasi yang langsung dari Kupang ke Pulau Pemana.
Pada tanggal 26 Mei 2017 pagi hari, Jonru pulang dari Pemana ke Maumere, dan setelah itu langsung pulang ke Jakarta, transit di Bali. Itu adalah jadwal yang sudah ditetapkan jauh sebelum Jonru dan tim berangkat ke Kupang. Dan tiket pulang pergi pun sudah dibeli beberapa hari sebelum keberangkatan.
“Dengan demikian, sama sekali tidak masuk akal jika disebut bahwa Jonru dipulangkan secara paksa, dan sebagainya. Bahkan sangat aneh jika Jonru diusir pada tanggal 26 Mei 2017 tersebut, karena faktanya itu adalah jadwal kepulangan yang sudah ditetapkan sejak awal.”
Artinya, pengusiran tersebut tak ada gunanya, dan dugaan kuat kami itu hanya upaya untuk cari sensasi, dan blow up pemberitaan di media, mengingat jumlah wartawan yang “menjemput” Jonru jauh lebih banyak ketimbang jumlah orang yang
hendak mengusir.
Sekadar info, wasilah dari dari kehadiran Jonru di Pulau Pemana adalah karena Pak Ustadz Herman selaku pendiri dan pengelola LPQ Alfatina menghubungi Akrom Foundation dan mengajak kerjasama penggalangan dana untuk lembaga yang beliau kelola. Demikian Tim Jonru Media Center di Jakarta, 29 Mei 2017. (desastian)