JAKARTA (Panjimas.com) – Dalam siaran persnya, Tim Jonru Media Center menyampaikan klarifikasi terkait kabar Pengusiran Jonru dari pelabuhan Lorens Say, Kabupaten Sikka, Flores, Nusa Tenggara Timur, Jum’at (26/5) lalu.
Ada banyak keganjilan di balik peristiwa pengusiran tersebut. Diantaranya menurut Jonru, jumlah wartawan saat itu ternyata lebih banyak dari pelaku pengusiran. Hal itu dituangkan Jonru melalui media sosial, pada Sabtu (27/5/2017), berikut ini selengkapnya.
Jonru dituduh hendak mendirikan FPI cabang Sikka. Padahal Jonru bukan orang FPI. Pada tanggal 26 Mei 2017 adalah jadwal kepulangan Jonru dari Flores ke Jakarta. Tiket pulang-pergi telah dibeli beberapa hari sebelum keberangkatan ke NTT. Dan insiden pengusiran tersebut pun terjadi pada tanggal 26 Mei 2017. Secara logika, tidak ada gunanya Jonru diusir, sebab memang sudah hendak pulang.
Saat Jonru mendarat di Pelabuhan L Say Maumere dalam perjalanan dari Pulau Pemana, jumlah wartawan jauh lebih banyak dibanding jumlah orang yang hendak mengusir Jonru. “Perkiraan kami, jumlah wartawan sekitar 20 orang, sedangkan jumlah pengusir hanya sekitar 2 atau 4 orang.”
Semua media yang meliput kejadian tersebut, menulis bahwa “Jonru dievakuasi paksa dari Pulau Pemana” atau “Jonru Dipulangkan dari Flores”, dan sebagainya. Padahal faktanya, Jonru pulang atas inisiatif sendiri, karena memang sudah jadwal pulang.
Pihak kepolisian mengawal dan mengamankan proses kepulangan Jonru dan tim Akrom Foundation, karena mereka sudah mengetahui adanya segelintir orang yang hendak menghadang Jonru. Mereka ingin memastikan situasi Maumere tetap kondusif, jangan sampai ada gejolak yang mengganggu keamanan.
“Jadi pengawalan Jonru saat pulang dari Pulau Pemana ke Jakarta adalah dalam rangka pengamanan dan perlindungan dari gangguan massa, bukan dalam rangka pengusiran paksa, evakuasi paksa, atau pemulangan paksa.”
Kemudian muncul isu bahwa Jonru hendak membagi-bagikan sembako pada warga Kristen dan hendak mengislamkan mereka. Padahal ini sama sekali tidak benar.
Tim Jonru Media Center menjelaskan, tujuan kunjungan Jonru dan tim Akrom Foundation di Pulau Pemana, Flores, adalah dalam rangka survey penggalangan dana pada LPQ Alfatina yang ada di pulau tersebut. Sekadar info, kerjasama penggalangan dana antara LPQ Alfatina dengan yayasan yang dikelola Jonru telah berlangsung sejak 2016 lalu.
Lalu muncul pula isu bahwa Jonru datang ke Flores diduga untuk menebar kebencian. Namun tidak pernah dijelaskan seperti apa bentuknya, bahkan tidak ada bukti apapun. Hanya berupa dugaan.
“Faktanya, kehadiran Jonru di NTT adalah dalam rangka kegiatan sosial belaka. Bahkan pemerintah setempat telah mendengar langsung penjelasan dari tim Akrom Foundation, dan mereka bisa memahaminya. Mereka berpendapat bahwa kegiatan Jonru dan Akrom Foundation di NTT sangat positif dan sangat perlu didukung, dan tidak ditemukan adanya gejala-gejala ke arah menebar kebencian, provokasi, dan sebagainya.”
Di satu sisi ada segelintir orang yang mengusir Jonru. Namun di sisi lain, Jonru disambut dan diperlakukan dengan sangat baik oleh pemerintah setempat, termasuk Camat Alok, Kapolsek Alok, Dandim Sikka, Kapolres Sikka, dan sebagainya. Mereka sangat mendukung kegiatan sosial Akrom Foundation, karena positif dan bermanfaat bagi masyarakat.
Beredar pula isu bahwa Jonru diusir oleh warga muslim di Maumere. Padahal faktanya, tidak ada yang sempat menyelidiki apa agama para pengusir tersebut, yang jumlahnya pun hanya sekitar 2 atau 4 orang.
Sempat juga ada isu bahwa Jonru datang ke Pulau Rote. Padahal Jonru sama sekali tidak ada jadwal kunjungan ke pulau tersebut. Sejumlah media menyebutkan bahwa Jonru datang ke Pulau Pemana untuk menyalurkan dana Rp 30 juta. Padahal tidak ada sepeser dana pun yang disalurkan oleh tim Akrom Foundation pada saat itu. Sebab kedatangan kami ke sana hanyalah dalam rangka melakukan survey lanjutan.
“Tahun 2016 lalu, kami memang sempat mentransfer uang sekitar Rp 40 juta ke LPQ Alfatina, dan uang tersebut adalah hasil penggalangan dana di media sosial. Dan dana tersebut telah digunakan untuk membangun gedung LPQ. Namun karena dana tersebut masih jauh dari kurang, maka kami pun melakukan survey lanjutan tanggal 24-26 Mei 2017 kemarin.” (desastian)